OJK Terbitkan Aturan Baru Produk Asuransi Kesehatan, Simak Ketentuannya
Selasa, 10 Jun 2025 15:52
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Surat Edaran OJK Nomor 7/SEOJK.05/2025 tentang Penyelenggaraan Produk Asuransi Kesehatan (SEOJK 7/2025). Foto/Istimewa
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Surat Edaran OJK Nomor 7/SEOJK.05/2025 tentang Penyelenggaraan Produk Asuransi Kesehatan (SEOJK 7/2025). Regulasi ini bertujuan memperkuat ekosistem, tata kelola, dan pelindungan konsumen dalam industri asuransi kesehatan.
OJK juga mendorong efisiensi pembiayaan layanan kesehatan jangka panjang di tengah meningkatnya tren inflasi medis secara global.
Plt Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi, dalam siaran pers menyampaikan, SEOJK 7/2025 mengatur kriteria perusahaan asuransi yang dapat menyelenggarakan lini usaha asuransi kesehatan.
Ketentuan ini mencakup penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang memadai. Aturan ini berlaku untuk produk asuransi kesehatan komersial, tidak termasuk skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan.
"Tujuan penerbitan SEOJK ini adalah mendorong seluruh pihak dalam ekosistem asuransi kesehatan agar memberikan nilai tambah terhadap efisiensi biaya layanan kesehatan jangka panjang. Hal ini penting mengingat inflasi medis terus meningkat dan lebih tinggi dibanding inflasi umum, baik di Indonesia maupun secara global," kata dia.
Beberapa substansi utama dalam SEOJK 7/2025 antara lain:
• Kewajiban penyesuaian fitur produk, mencakup:
a. Co-payment, yaitu pembagian risiko biaya kesehatan. Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta wajib menanggung setidaknya 10% dari total klaim, dengan batas maksimum:
• Rp300.000 per klaim rawat jalan
• Rp3.000.000 per klaim rawat inap
b. Coordination of Benefit, memungkinkan pembiayaan dikombinasikan dengan skema JKN oleh BPJS Kesehatan.
“Ketentuan tanggung jawab Pemegang Polis, Tertanggung atau Peserta paling sedikit sebesar 10% dari total pengajuan klaim dimaksudkan untuk mendorong pemanfaatan layanan medis dan layanan obat yang lebih berkualitas serta akan mendorong premi asuransi kesehatan yang affordable atau lebih terjangkau karena peningkatan premi dapat dimitigasi dengan lebih baik," jelasnya.
Berdasarkan pengalaman di berbagai negara, termasuk Indonesia, mekanisme co-payment atau deductible akan mendorong peningkatan awareness pemegang polis atau tertanggung dalam memanfaatkan layanan medis yang ditawarkan oleh fasilitas kesehatan.
• Kewajiban penyediaan sumber daya dan sistem pendukung, yaitu:
a. Tenaga ahli yang memadai, termasuk tenaga medis (dokter) untuk analisis tindakan medis dan Utilization Review
b. Dewan Penasihat Medis (Medical Advisory Board)
c. Sistem informasi untuk pertukaran data digital dengan fasilitas kesehatan
Langkah ini diambil agar perusahaan asuransi dapat menganalisis efektivitas layanan medis dan obat berdasarkan data digital, serta memberi masukan berkala kepada fasilitas kesehatan melalui mekanisme Utilization Review.
SEOJK 7/2025 merupakan peraturan pelaksana dari Pasal 3B ayat (3) Peraturan OJK Nomor 36 Tahun 2024, yang merupakan perubahan atas POJK Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Reasuransi, termasuk syariah.
Aturan ini mulai berlaku pada 1 Januari 2026. Produk yang sudah berjalan tetap berlaku hingga masa pertanggungan atau kepesertaannya berakhir. Produk asuransi kesehatan yang dapat diperpanjang otomatis dan telah mendapatkan persetujuan OJK sebelum aturan ini berlaku, wajib disesuaikan paling lambat 31 Desember 2026.
OJK menegaskan akan terus mengawasi dan mengevaluasi implementasi SEOJK 7/2025 untuk memastikan efektivitas pelaksanaan dan manfaat optimal bagi seluruh pihak, termasuk pemegang polis, tertanggung, dan peserta.
OJK juga mendorong efisiensi pembiayaan layanan kesehatan jangka panjang di tengah meningkatnya tren inflasi medis secara global.
Plt Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi, dalam siaran pers menyampaikan, SEOJK 7/2025 mengatur kriteria perusahaan asuransi yang dapat menyelenggarakan lini usaha asuransi kesehatan.
Ketentuan ini mencakup penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang memadai. Aturan ini berlaku untuk produk asuransi kesehatan komersial, tidak termasuk skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan.
"Tujuan penerbitan SEOJK ini adalah mendorong seluruh pihak dalam ekosistem asuransi kesehatan agar memberikan nilai tambah terhadap efisiensi biaya layanan kesehatan jangka panjang. Hal ini penting mengingat inflasi medis terus meningkat dan lebih tinggi dibanding inflasi umum, baik di Indonesia maupun secara global," kata dia.
Beberapa substansi utama dalam SEOJK 7/2025 antara lain:
• Kewajiban penyesuaian fitur produk, mencakup:
a. Co-payment, yaitu pembagian risiko biaya kesehatan. Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta wajib menanggung setidaknya 10% dari total klaim, dengan batas maksimum:
• Rp300.000 per klaim rawat jalan
• Rp3.000.000 per klaim rawat inap
b. Coordination of Benefit, memungkinkan pembiayaan dikombinasikan dengan skema JKN oleh BPJS Kesehatan.
“Ketentuan tanggung jawab Pemegang Polis, Tertanggung atau Peserta paling sedikit sebesar 10% dari total pengajuan klaim dimaksudkan untuk mendorong pemanfaatan layanan medis dan layanan obat yang lebih berkualitas serta akan mendorong premi asuransi kesehatan yang affordable atau lebih terjangkau karena peningkatan premi dapat dimitigasi dengan lebih baik," jelasnya.
Berdasarkan pengalaman di berbagai negara, termasuk Indonesia, mekanisme co-payment atau deductible akan mendorong peningkatan awareness pemegang polis atau tertanggung dalam memanfaatkan layanan medis yang ditawarkan oleh fasilitas kesehatan.
• Kewajiban penyediaan sumber daya dan sistem pendukung, yaitu:
a. Tenaga ahli yang memadai, termasuk tenaga medis (dokter) untuk analisis tindakan medis dan Utilization Review
b. Dewan Penasihat Medis (Medical Advisory Board)
c. Sistem informasi untuk pertukaran data digital dengan fasilitas kesehatan
Langkah ini diambil agar perusahaan asuransi dapat menganalisis efektivitas layanan medis dan obat berdasarkan data digital, serta memberi masukan berkala kepada fasilitas kesehatan melalui mekanisme Utilization Review.
SEOJK 7/2025 merupakan peraturan pelaksana dari Pasal 3B ayat (3) Peraturan OJK Nomor 36 Tahun 2024, yang merupakan perubahan atas POJK Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Reasuransi, termasuk syariah.
Aturan ini mulai berlaku pada 1 Januari 2026. Produk yang sudah berjalan tetap berlaku hingga masa pertanggungan atau kepesertaannya berakhir. Produk asuransi kesehatan yang dapat diperpanjang otomatis dan telah mendapatkan persetujuan OJK sebelum aturan ini berlaku, wajib disesuaikan paling lambat 31 Desember 2026.
OJK menegaskan akan terus mengawasi dan mengevaluasi implementasi SEOJK 7/2025 untuk memastikan efektivitas pelaksanaan dan manfaat optimal bagi seluruh pihak, termasuk pemegang polis, tertanggung, dan peserta.
(TRI)
Berita Terkait
Ekbis
ASBISINDO Sulsel Gandeng BI dan OJK Perkuat SDM Perbankan Syariah
Pelatihan ini diharapkan mampu mencetak sumber daya manusia yang kompeten, berintegritas, dan adaptif, sekaligus mempercepat penguatan ekosistem keuangan syariah di Sulawesi Selatan.
Minggu, 14 Des 2025 14:41
Ekbis
TPAKD Summit 2025 Dorong Percepatan Akses Keuangan di Sulsel
Kantor Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (OJK Sulselbar) bersama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan TPAKD Summit dan Forum Sinergi Ekonomi Daerah 2025.
Jum'at, 12 Des 2025 21:47
Ekbis
Sektor Jasa Keuangan Sulsel Tetap Stabil, Dorong Ekonomi Tumbuh Positif
OJK Sulselbar menegaskan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan di Sulsel tetap terjaga dan mampu memberikan dukungan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi daerah.
Senin, 24 Nov 2025 17:21
Ekbis
OJK Sulselbar Perkuat Sinergi Media Lewat Gathering di Malang
OJK Sulselbar terus memperkuat sinergi dan kolaborasi dengan awak media sebagai mitra strategis lewat acara media gathering.
Minggu, 23 Nov 2025 16:43
Ekbis
OJK Resmikan Kantor Baru di Papua Barat & Papua Barat Daya
Dengan beroperasinya kantor ini, OJK menargetkan pengawasan dan pengembangan sektor jasa keuangan di Papua Barat dan Papua Barat Daya dapat semakin optimal.
Sabtu, 22 Nov 2025 07:33
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Perkuat Toleransi Jelang Nataru, Polri dan Eks Napiter YRMM Diskusi Kamtibmas
2
Bukti Dugaan Perselingkuhan Anggota DPRD Jeneponto Diserahkan ke BK
3
Isi BBM Sambil Rayakan Natal, Santa Claus Sambut Pelanggan di SPBU
4
Karantina Sulsel Gelar Operasi Patuh di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar
5
Tutup Tahun 2025, DRX Lakukan Burn 10 Persen dari Total Suplai Token
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Perkuat Toleransi Jelang Nataru, Polri dan Eks Napiter YRMM Diskusi Kamtibmas
2
Bukti Dugaan Perselingkuhan Anggota DPRD Jeneponto Diserahkan ke BK
3
Isi BBM Sambil Rayakan Natal, Santa Claus Sambut Pelanggan di SPBU
4
Karantina Sulsel Gelar Operasi Patuh di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar
5
Tutup Tahun 2025, DRX Lakukan Burn 10 Persen dari Total Suplai Token