Cinema Visit Dopamin di Makassar Diserbu Penonton, Angga–Shenina Bagi Kisah di Balik Layar

Minggu, 16 Nov 2025 08:05
Cinema Visit Dopamin di Makassar Diserbu Penonton, Angga–Shenina Bagi Kisah di Balik Layar
Dua bintang film Dopamin, Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon, saat diwawancarai awak media usai agenda cinema visit di Studio Panakkukang 21. Foto/Tri Yari Kurniawan
Comment
Share
MAKASSAR - Suasana Studio Panakkukang 21 Makassar pada Sabtu (15/11/2025) berubah riuh ketika dua bintang film Dopamin, Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon, muncul dalam agenda Cinema Visit. Kehadiran pemeran Malik dan Alya itu langsung menyedot perhatian para penonton yang sudah menanti sejak siang.

Film Dopamin, yang mulai tayang 13 November, tengah menjadi bahan perbincangan publik berkat perpaduan drama rumah tangga, konflik psikologis, dan elemen survival. Disutradarai Teddy Soeria Atmadja, film ini menyorot pasang surut kehidupan pernikahan pasangan muda yang terhimpit tekanan ekonomi, utang, dan kehadiran sosok misterius yang memicu rentetan peristiwa menegangkan.

Angga Yunanda bercerita bahwa film Dopamin terasa dekat dengan kenyataan banyak pasangan muda. “Naik turun hubungan itu nyata, dan Malik–Alya memperlihatkan bagaimana dua orang berjuang menjaga rumah tangga di tengah banyak tekanan,” ujar dia.

Shenina Cinnamon menambahkan, konflik dalam film tidak semata tentang cinta. “Ini tentang bertahan bersama. Semua masalah harus dibicarakan dan dicari jalan keluarnya,” katanya.

Antusiasme penonton semakin meningkat ketika keduanya berinteraksi langsung dan membagikan dua merchandise berupa baju untuk penonton. Mereka juga berbagi pengalaman di balik layar, termasuk proses workshop fisik dan emosional untuk adegan-adegan intens.

Angga mengaku karakter Malik membutuhkan pendalaman yang cukup berat. “Emosinya kompleks, dan ada adegan fisik yang menuntut persiapan. Tapi komunikasi yang baik dengan sutradara bikin prosesnya mengalir,” ujarnya.

Sementara itu, Shenina menjelaskan alasan film ini diberi judul Dopamin. “Dopamin itu hormon kebahagiaan. Film ini memang dirancang seperti rollercoaster emosi—ada tegang, ada haru, ada lega. Itu paling kerasa kalau ditonton di layar lebar,” ujarnya.

Produser Chand Parwez Servia sebelumnya menyebut Dopamin sebagai karya lintas-genre yang menggabungkan drama, survival, dan ketegangan dalam satu narasi yang “segar dan intens”. Film ini sebelumnya mendapat standing ovation saat menjadi closing film di Jakarta Film Week 2025 dan kini melaju ke kompetisi JAFF 2025.

Respons penonton juga sangat positif. Sejumlah special show di berbagai kota—Jakarta, Bogor, Tangerang, Cirebon hingga Semarang—dilaporkan ludes terjual. Banyak penonton menilai cerita Malik dan Alya terasa dekat dengan realitas, terlebih soal tekanan finansial yang kerap menghantam pasangan muda.

Angga mengaku merasakan kedekatan personal dengan karakter yang ia mainkan. “Sebagai pasangan yang baru menikah, saya dan Shenina bisa bercermin dari Malik dan Alya. Hidup berumah tangga itu tidak selalu indah, ada titik-titik berat yang harus dilewati bersama,” kata Angga.

Shenina mengimbuhkan bahwa dirinya belajar dari Alya bahwa apa pun tantangannya, pasangan harus tetap saling menopang.

Film Dopamin berkisah tentang Malik dan Alya yang hidupnya berubah drastis setelah seorang tamu tak dikenal ditemukan meninggal di rumah mereka, meninggalkan koper berisi miliaran rupiah—penemuan yang memicu dilema moral dan bahaya baru. Film Dopamin kini tayang di seluruh bioskop Indonesia.
(TRI)
Berita Terkait
Berita Terbaru