Cahaya Ramadan: Manfaatkan Ramadan sebagai Bulan Pengampunan

Tim Sindomakassar
Minggu, 09 Apr 2023 10:27
Cahaya Ramadan: Manfaatkan Ramadan sebagai Bulan Pengampunan
Munawir Kamaluddin, Ketua Asosiasi Dosen Pendidikan Seluruh Indonesia. Foto: Dokumentasi pribadi
Comment
Share
Munawir Kamaluddin
Ketua Asosiasi Dosen Pendidikan Seluruh Indonesia

BULAN Ramadan dikenal juga dgn nama Syahrul Magfirah (bulan pengampunan) dimana semua dosa dan kesalahan yang telah dilakukan umat muslim sebanyak apapun itu akan dianulir (dijernihkan) oleh Yang Maha Gaffar, sepanjang Ramadhan dijalani secara konsisten dan konsekuen dengan keimanan, keikhlasan dan mengharapkan rida serta pahala dari Allah SWT. Rasulullah bersabda : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Karena itu sangat disayangkan jika momen berharga ini dilewatkan begitu saja tanpa ada upaya maksimal dan sustainable dalam memanfaatkan bulan mulia ini dalam mendapatkan ampunan dari Yang Maha Rahman. Sehingga tidak mengherankan jika Rasulullah menilai muslim yang sangat merugi dan celaka itu adalah muslim yang berjumpa dengan Ramadan namun tidak meraih Fadilah ampunan dari Allah Rabbal Jalil. Rasulullah bersabda : رغم الله أنف عبد أو بَعُدَ دخل رمضان فلم يغفر له



Mengapa mereka tidak mendapatkan ampunan Allah SWT, padahal mereka juga berpuasa dengan menahan lapar dan haus di siang hari? Jawabannya karena mereka gagal dalam memahami kandungan puasa, yang menilai puasa itu sekedar menahan lapar dan dahaga semata, lantas pada bahagian lain mereka juga intens melakukan pelanggaran, kejahatan, kedurhakaan dan perbuatan yang dimurkai pencipta. Baik pelanggaran tangan, lisan, penglihatan maupun pelanggaran organ tubuh lainnya, tak terkecuali pelanggaran hati dalam bentuk iri hati, suudzhan, dendam, mudah menuduh dan memvonis orang lain berbuat tindakan yang menyimpang dll. Rasulullah SAW memberikan warning dalam sabdanya : وَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّم. كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صَوْمِهِ إِلَّا الْـجُوْعَ وَالْعَطْشَ.

Walhasil, Ramadan seharusnya mampu menggiring seorang muslim untuk menumbuhkan sikap & keperibadian yang positif, produktif & konstruktif dalam bentuk sikap husnudzan dalam segala hal sehingga tidak menyisihkan pikiran-pikiran aneh dan kotor terhadap orang lain yang belum tentu kebenarannya.

Muslim yang Arif adalah muslim yang senantiasa mengintrospeksi dosa, kekurangan dan kelemahan dirinya karena dia yakin bahwa setiap orang pasti pernah berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yg berbuat dosa ialah mereka yang senantiasa bertaubat. Nabi SAW bersabda: كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ



Dengan kesadaran bahwa setiap orang punya dosa dan kesalahan, dan dgn kesadaran bahwa syaitan setiap saat dan dari waktu ke waktu berusaha menggelincirkan manusia untuk cenderung berbuat dosa dan pelanggaran, maka hendaknya setiap individu muslim senantiasa membiasakan diri bertobat setiap saat, baik dosa yang kecil apalagi dosa yang besar. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما منكم من أحد إلا وقد وكل به قرينه من الجن . قالوا : وإياك يا رسول الله ؟ قال : وإياي إلا أن الله أعانني عليه فأسلم فلا يأمرني إلا بخير

Jika setiap orang menyadari bahwa dirinya juga tidak luput dari salah & kekurangan, niscaya dia tidak menyibukkan diri mencari-cari kekurangan orang lain. Nabi SAW bersabda: عَن أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلَّم طُوبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبُهُ عَن عُيُوبِ النّاس

Paling tidak ada 3 hal yang sering kali membuat seorang muslim cenderung lalai dalam bertaubat kepada pencipta :

Pertama, memandang enteng dosa dan pelanggaran kecil. Padahal sebenarnya tidak ada dosa kecil, semua dosa akan menjadi besar manakala dilakukan secara berkesinambungan. Karenanya Rasulullah memberikan ilustrasi seperti seorang tukang kayu yg mengumpulkan kayu yang siap membakar dan membinasakan dirinya.



Kedua, Angan-angan yang mengada-ada. Karena merasa dirinya masih terlalu muda, sehat dan tangguh sehingga mereka menunda-nunda bertaubat kepada Allah SWT. Persoalan Taubat selalu dikorelasikan dengan usia tua, fisik yang lemah & badan yang sakit-sakitan. Meskipun faktanya banyak juga orang yang berusia muda & sehat, justru mereka yang ditakdirkan meninggal.

Itulah sebabnya Ibnu Umar selalu berwasiat “Jika engkau ada diwaktu malam hari jangan tunda waktu siang hari. Dan jika engkau ada diwaktu siang hari jangan tunggu waktu malam hari. Segera bertaubat karena tidak seorangpun tau kapan dia dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa”.

Yang Ketiga, berkesimpulan salah (berkonklusi sendiri ). Karena merasa semua palanggaran dan kemaksiatan serta dosa dan yang diharamkan Allah SWT telah dia kerjakan, hingga berkesimpulan dosa dan kejahatannya telah menumpuk sehingga Allah SWT. tidak mungkin lagi memafkan dirinya karena berlumuran dengan dosa dan kemaksiatan. Padahal Allah SWT sudah dengan tegas mengaramkan kesimpulan seperti itu di dalam QS: Azzumar: 53: قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ



Karena itu, mari dengan sportif Ramadhan yang mengajarkan nilai-nilai magfirah yang disediakan Allah SWT. Kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya agar bisa mendapatkan ampunan Allah SWT. Sehingga begitu akan meninggalkan Ramadhan akan menjadi manusia yang terbebas dari noda dan dosa bagaikan bayi yang baru saja dilahirkan di dunia ini . Sebagaimana yang dijanjikan Rasulullah SAW: من حج فلم يرفث ولم يفسق رجع من ذنوبه كيوم ولدته أمه

Selamat Menunaikan Ibadah Ramadhan 1444 H.
(MAN)
Berita Terkait
Berita Terbaru