SRMP 23 Makassar Buka Kesempatan Kedua Anak Prasejahtera Kejar Mimpi

Kamis, 23 Okt 2025 23:56
SRMP 23 Makassar Buka Kesempatan Kedua Anak Prasejahtera Kejar Mimpi
Nurkhalifami, 15 tahun, ketika ditemui di SRMP 23 Makassar, Jalan Salodong, Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulsel. Foto: SINDO Makassar/Luqman Zainuddin
Comment
Share
MAKASSAR - Sekolah Rakyat (SR) menciptakan jalan baru bagi mobilitas sosial, memberi kesempatan yang sama untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera.

Potret tersebut terlihat jelas di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 23 Kota Makassar. Di sini, ada 137 anak yang mendapat kesempatan mengenyam pendidikan berkualitas. Mereka berasal dari keluarga ekonomi desil 1 dan 2, yang kebanyakan sudah putus sekolah.

Nurkhalifami merupakan satu di antara 137 siswa tersebut. Keluarganya masuk dalam desil atau pengelompokan tingkat kesejahteraan dan kondisi sosial-ekonomi kategori 1.

Sebelum ke sekolah rakyat, Nurkhalifami mengenyam pendidikan di SMP Negeri 29 Kota Makassar. Hanya saja, ketika menginjak kelas 2, ia meninggalkan sekolah. Ekonomi jadi biang keladi.



"Tidak ada biaya orang tua," kata Nurkhalifa, ketika ditemui di SRMP 23 Makassar di Jalan Salodong, Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Kamis 23 Oktober 2025.

Padahal, anak pertama dari dua bersaudara ini punya cita-cita mulia dewasa nanti, menjadi seorang dokter. Sayang, impiannya itu harus ia tanggalkan bersamaan dengan keputusannya keluar dari sekolah.

"Cita-cita mau jadi dokter," ucap Nurkhalifami, tersenyum malu.

Nurkhalifami putus sekolah cukup lama, 2 tahun. Selama itu pula ia membantu orang tuanya mencari uang dengan berjualan. Nasib yang sama juga dialami oleh adiknya yang ikut putus sekolah.

Jalan Nurkhalifami untuk kembali mengejar cita-citanya terbuka ketika Presiden Prabowo Subianto menggagas sekolah rakyat, sebuah lembaga pendidikan yang salah satu tujuannya menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas bagi anak-anak keluarga prasejahtera.

"Senang dan lebih semangat belajar karena sempat putus sekolah selama 2 tahun lebih," sambung Nurkhalifami.

Di sekolah ini, Nurkhalifami diperkenalkan dengan konsep sekolah berasrama, tinggal bersama dengan anak lain yang senasib. Bersama menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

"Di sini juga sudah dapat baju, seragam sekolah seperti baju merah (baju traning). Baju putih, baju biru, dan baju pramuka, sepatu, sendal, dengan alat mandi," cerita Nurkhalifami.

Bercerita, ada banyak hal baru yang ia dapat di sini. Seperti kedisiplinan, keterampilan, hingga pengembangan karakter dan keminatan.

"Sebekum masuk SR itu, yang seharusnya belum bangun jam 04.00 harus bangun jam 04.00 ikut salat subuh. Harus sarapan pagi. Harus tertib. Harus masuk kelas sesuai jam," urai Nurkhalifami lebih jauh.

Apa yang dirasakan Nurkhalifami barulah awal dari serangkaian program pendidikan yang dijalankan sekolah rakyat. Di sekolah rakyat, model pendidikan dibuat terpadu antara belajar formal, karakter, dan kehidupan sehari-hari.



"Selama tiga bulan pertama pendidikan karakter dulu, setelah itu baru masuk kurikulum," beber Yunike Megawati, guru Bimbingan Konseling (BK) di SRMP 23 Makassar.

Di sekolah ini, kurikulum yang dijalankan khusus terintegrasi. Di mana pembelajaran formal sesuai standar nasional oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Penguatan karakter, kepemimpinan, nasionalisme, dan keterampilan praktis. Pendidikan agama dan pengasuhan sosial sebagai bagian dari pendekatan holistik.

SRMP 23 Makassar juga menghadirkan lingkungan pembelajaran yang membangun mental dan kapasitas. Tujuannya bukan hanya akademik, tapi juga mengubah mindset “layak bermimpi”, mengangkat kepercayaan diri, dan membuka mobilitas sosial.
(MAN)
Berita Terkait
Berita Terbaru