Mahasiswa Berwirausaha, Mengapa Tidak?
Selasa, 30 Sep 2025 13:52
Dosen Fakultas Bisnis, Universitas Mega Buana Palopo, Waldi, S.Tr.Par.,M.M. Foto: Dok Pribadi
Oleh: Waldi, S.Tr.Par.,M.M
Dosen Fakultas Bisnis, Universitas Mega Buana Palopo
Di tengah persaingan kerja yang sangat kompleks, banyak lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapat pekerjaan alias menganggur. Setiap tahun ribuan sarjana baru muncul, sementara lapangan pekerjaan tidak bertambah secepat itu.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan penting “Apakah kuliah hanya sekedar bertujuan mencari pekerjaan atau justru bisa menjadi jalan menciptakan lapangan pekerjaan?”.
Jawabannya ada pada semangat berwirausaha. Mahasiswa sebenarnya memiliki potensi besar untuk memulai bisnis sejak di perkuliahan. Mereka masih muda, penuh energi, terbiasa dengan teknologi dan memiliki jejaring yang luas dari pertemanan maupun organisasi.
Semua itu adalah modal berharga untuk membangun usaha. Berwirausaha sejak mahasiswa memberikan banyak manfaat. Pertama, melatih kemandirian sehingga mahasiswa tidak bergantung lagi dengan uang saku dari orang tua karena bisa menghasilkan sendiri.
Kedua, mengasah kreativitas dan keterampilan manajemen. Ilmu yang diperoleh di kampus dapat langsung di terapkan dalam bisnis. Ketiga, membangun pengalaman dan mental.
Berwirausaha memang tidak mudah seperti yang dikatakan orang-orang.
Keterbatasan modal sering menjadi alasan utama mahasiswa tidak berwirausaha. Selain itu, membagi waktu antara kuliah dan bisnis tidaklah mudah. Ditambah lagi tidak semua kampus memiliki sistem pendukung seperti inkubator bisnis. Meskipun begitu, hambatan tersebut bukan berarti halangan berwirausaha.
Usaha kecil-kecilan seperti bisnis online, kuliner rumahan, atau jasa kreatif bisa menjadi awal yang realistis. Di sinilah peran perguruan tinggi. Kampus seharusnya tidaklah hanya berfokus pada teori, tetapi juga memberi ruang dan fasilitas berwirausa untuk mahasiswa.
Dukungan bisa berupa pendampingan, akses permodalan, atau sekedar menyediakan wadah untuk memasarkan produk mahasiswa. Jika hal ini diterapkan, kampus tidak hanya mencetak pencari kerja tetapi juga pencipta lapangan kerja.
Akhirnya, mahasiswa perlu menyadari bahwa berwirausaha bukan hanya soal uang, melainkan keberanian untuk mencoba dan belajar. Dengan semangat kreatif dan inovatif, mahasiswa bisa menjadi agen perubahan yang berdampak bagi dirinya maupun untuk masyarakat. Jadi, mengapa menunggu lulus untuk berwirausaha, kalau bisa dimulai dari sekarang?
Disclaimer: Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis sepenuhnya dan tidak mencerminkan sikap redaksi
Dosen Fakultas Bisnis, Universitas Mega Buana Palopo
Di tengah persaingan kerja yang sangat kompleks, banyak lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapat pekerjaan alias menganggur. Setiap tahun ribuan sarjana baru muncul, sementara lapangan pekerjaan tidak bertambah secepat itu.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan penting “Apakah kuliah hanya sekedar bertujuan mencari pekerjaan atau justru bisa menjadi jalan menciptakan lapangan pekerjaan?”.
Jawabannya ada pada semangat berwirausaha. Mahasiswa sebenarnya memiliki potensi besar untuk memulai bisnis sejak di perkuliahan. Mereka masih muda, penuh energi, terbiasa dengan teknologi dan memiliki jejaring yang luas dari pertemanan maupun organisasi.
Semua itu adalah modal berharga untuk membangun usaha. Berwirausaha sejak mahasiswa memberikan banyak manfaat. Pertama, melatih kemandirian sehingga mahasiswa tidak bergantung lagi dengan uang saku dari orang tua karena bisa menghasilkan sendiri.
Kedua, mengasah kreativitas dan keterampilan manajemen. Ilmu yang diperoleh di kampus dapat langsung di terapkan dalam bisnis. Ketiga, membangun pengalaman dan mental.
Berwirausaha memang tidak mudah seperti yang dikatakan orang-orang.
Keterbatasan modal sering menjadi alasan utama mahasiswa tidak berwirausaha. Selain itu, membagi waktu antara kuliah dan bisnis tidaklah mudah. Ditambah lagi tidak semua kampus memiliki sistem pendukung seperti inkubator bisnis. Meskipun begitu, hambatan tersebut bukan berarti halangan berwirausaha.
Usaha kecil-kecilan seperti bisnis online, kuliner rumahan, atau jasa kreatif bisa menjadi awal yang realistis. Di sinilah peran perguruan tinggi. Kampus seharusnya tidaklah hanya berfokus pada teori, tetapi juga memberi ruang dan fasilitas berwirausa untuk mahasiswa.
Dukungan bisa berupa pendampingan, akses permodalan, atau sekedar menyediakan wadah untuk memasarkan produk mahasiswa. Jika hal ini diterapkan, kampus tidak hanya mencetak pencari kerja tetapi juga pencipta lapangan kerja.
Akhirnya, mahasiswa perlu menyadari bahwa berwirausaha bukan hanya soal uang, melainkan keberanian untuk mencoba dan belajar. Dengan semangat kreatif dan inovatif, mahasiswa bisa menjadi agen perubahan yang berdampak bagi dirinya maupun untuk masyarakat. Jadi, mengapa menunggu lulus untuk berwirausaha, kalau bisa dimulai dari sekarang?
Disclaimer: Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis sepenuhnya dan tidak mencerminkan sikap redaksi
(MAN)
Berita Terkait
News
Jerat Pidana Penculik Anak, Bilqis
Bilqis, anak dari pasangan orang tua Fifi Syahrir dan Dwi Nur Mas alias Dimas yang tiba-tiba menghilang di taman Pakui Sayang, Makassar, saat ayahnya sedang bermain tenis.
Senin, 17 Nov 2025 11:51
News
Guru yang Dikorbankan, Legislator Perempuan dari Gowa yang Menyelamatkan
Dialah Andi Tenri Indah, Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan asal Kabupaten Gowa, sekaligus Ketua Komisi yang membidangi pendidikan. Ia turun tangan bukan karena sensasi, melainkan karena hati nurani.
Kamis, 13 Nov 2025 10:23
News
Dari Tembok Besar ke Indonesia Emas: Estafet Peradaban yang Tak Terputus
Lebih dari dua ribu tahun lalu, seorang kaisar muda bernama Qin Shi Huang menorehkan sejarah dengan menyatukan berbagai kerajaan yang berserak di Tiongkok kuno menjadi satu peradaban besar.
Senin, 10 Nov 2025 17:24
News
Makassar dan Makna Menjadi Pahlawan Hari Ini
SETIAP tanggal 10 November, bangsa ini berhenti sejenak: mengenang mereka yang pernah berani berkata bahwa kemerdekaan lebih berharga daripada hidup itu sendiri. Hari Pahlawan bukan hanya ruang untuk menundukkan kepala
Senin, 10 Nov 2025 15:02
News
Ketika Digitalisasi Menumbuhkan Empati Kolektif
Kasus penculikan Bilqis menjadi contohnya. Dalam hitungan jam, rekaman CCTV menyebar ke ribuan warga. Netizen tidak menunggu perintah; mereka ikut menyelidik, berbagi informasi, mengawasi, dan mendoakan.
Minggu, 09 Nov 2025 19:21
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Bupati dan Wabup Gowa Ziarah Makam Sultan Hasanuddin dan Syekh Yusuf
2
Ibu Bripda AZ Klarifikasi Kasus Dugaan Pemerasan Oknum TNI yang Menyeret Putrinya
3
Pertamina Dukung Final Kejurnas Drag Race 2025 Lewat Pertamax Turbo
4
PT Vale, Pemkab Lutim & PLN Kolaborasi Tingkatkan Keandalan Listrik Sorowako
5
Gowa Kabupaten Termaju di Sulsel, Catat Angka Stunting Terendah
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Bupati dan Wabup Gowa Ziarah Makam Sultan Hasanuddin dan Syekh Yusuf
2
Ibu Bripda AZ Klarifikasi Kasus Dugaan Pemerasan Oknum TNI yang Menyeret Putrinya
3
Pertamina Dukung Final Kejurnas Drag Race 2025 Lewat Pertamax Turbo
4
PT Vale, Pemkab Lutim & PLN Kolaborasi Tingkatkan Keandalan Listrik Sorowako
5
Gowa Kabupaten Termaju di Sulsel, Catat Angka Stunting Terendah