Gelar Unjuk Rasa, Mahasiswa Duduki Ruang Rapat Paripurna DPRD Bantaeng
Rabu, 18 Des 2024 16:37

Situasi di Gedung DPRD Kabupaten Bantaeng. Foto: SINDO Makassar/Bahar Karibo
BANTAENG - Puluhan orang gabungan dari berbagai aliansi dan elemen menggelar aksi unjuk rasa di Kantor DPRD Kabupaten Bantaeng, Rabu (18/12/2024).
Massa aksi berasal dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Koskar PPB serta Komunitas Rumah Baca Panrita Manurung (RBPH) bersama sejumlah petani yang tergabung Aliansi Pemuda dan Petani Bantaeng.
Pantauan SINDO Makassar, massa bahkan masuk ke dalam gedung legislatif dan menduduki ruang rapat paripurna. Mereka tiba di kantor DPRD Bantaeng sekitar pukul 10.00 Wita. Kedatangan massa mulanya berjalan tertib dengan pengawalan petugas kepolisian.
Secara bergantian perwakilan mahasiswa mewakili organisasi mereka menyampaikan orasi mereka dengan menggunakan mobil kontainer. Dalam tuntutannya mereka meminta pernyataan sikap dari DPRD Bantaeng terkait melambungnya harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi, serta terjadinya kelangkaan di sejumlah wilayah.
Para mahasiswa menyampaikan tiga tuntutan yakni, mendesak evaluasi terhadap kinerja distributor dan pengecer. Evaluasi kinerja para penyuluh dan koordinator penyuluh di tingkat Kecamatan. Serta mendesak Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) bekerja aktif proses penyaluran, dan menyeret para distributor dan pengecer yang memainkan harga serta mendesak distribusi pupuk segera dilakukan dengan harga yang sesuai yang ditetapkan.
Setelah beberapa pimpinan mahasiswa menyampaikan orasi, tidak satupun anggota dewan menemui mahasiswa yang menggelar aksi di jalan poros Bantaeng-Makasaar tepatnya di depan Gedung DPRD.
Kondisi ini akhirnya semakin memanas setelah puluhan mahasiswa berhasil menerobos masuk ke gedung DPRD dan langsung ke ruang rapat paripurna. Bahkan mahasiswa bergantian naik di atas meja pimpinan menyampaikan orasi.
"Kedatangan kami ini dalam rangka menyatakan sikap untuk bertemu dengan Anggota DPRD, dari Komisi B yang menmbidangi pertanian," Ketua PMII Cabang Bantaeng Rizal Soefrianto.
Setelah beberapa menit menduduki ruang rapat paripurna DPRD, terlihat Sekretaris Dewan (Sekwan) Azwar Bakri datang menemui mahasiswa, Kedatangan Sekwan sempat ditolak. Para demostran tetap ingin bertemu dengan anggota Komisi B dan pimpinan DPRD.
Beberapa saat para mahasiswa dan Sekwan terlibat debat di ruang paripurna. Setelah mendapat jaminan dari sekwan, mereka bersedia tertib dan tenang, sambil menunggu anggota DPRD yang sementara menuju gedung DPRD. Bahkan para mahasiswa melakukan salat duhur berjamaah di ruang rapat paripurna.
Menurut Ketua RBPH, Suhardi subsidi pupuk yang tersedia saat ini tidak seluruhnya bisa dirasakan sepenuhnya oleh petani. Pasalnya, ada sejumlah syarat seperti kepemilikan tanah garapan menjadi salah syarat untuk dapat pupuk subsidi.
"Pupuk tidak hanya langka namun juga harganya yang tidak terjangkau atau di atas harga HET. Di lapangan petani kesulitan karena administrasinya sangat ribet," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Suhardi, DPRD bersama dengan pemerintah daerah harus memberikan solusi, bagaimana pupuk bersubsidi ini bisa dipermudah, karena pupuk merupakan kebutuhan mendasar para petani.
Para mahasiswa meninggalkan gedung DPRD Bantaeng, sekitar pukul 15.20 Wita. Setelah berdialog dengan Anggota DPRD Bantaeng, Muh Amhy dan Kahar dari Partai Gerindar dan PAN.
Massa aksi berasal dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Koskar PPB serta Komunitas Rumah Baca Panrita Manurung (RBPH) bersama sejumlah petani yang tergabung Aliansi Pemuda dan Petani Bantaeng.
Pantauan SINDO Makassar, massa bahkan masuk ke dalam gedung legislatif dan menduduki ruang rapat paripurna. Mereka tiba di kantor DPRD Bantaeng sekitar pukul 10.00 Wita. Kedatangan massa mulanya berjalan tertib dengan pengawalan petugas kepolisian.
Secara bergantian perwakilan mahasiswa mewakili organisasi mereka menyampaikan orasi mereka dengan menggunakan mobil kontainer. Dalam tuntutannya mereka meminta pernyataan sikap dari DPRD Bantaeng terkait melambungnya harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi, serta terjadinya kelangkaan di sejumlah wilayah.
Para mahasiswa menyampaikan tiga tuntutan yakni, mendesak evaluasi terhadap kinerja distributor dan pengecer. Evaluasi kinerja para penyuluh dan koordinator penyuluh di tingkat Kecamatan. Serta mendesak Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) bekerja aktif proses penyaluran, dan menyeret para distributor dan pengecer yang memainkan harga serta mendesak distribusi pupuk segera dilakukan dengan harga yang sesuai yang ditetapkan.
Setelah beberapa pimpinan mahasiswa menyampaikan orasi, tidak satupun anggota dewan menemui mahasiswa yang menggelar aksi di jalan poros Bantaeng-Makasaar tepatnya di depan Gedung DPRD.
Kondisi ini akhirnya semakin memanas setelah puluhan mahasiswa berhasil menerobos masuk ke gedung DPRD dan langsung ke ruang rapat paripurna. Bahkan mahasiswa bergantian naik di atas meja pimpinan menyampaikan orasi.
"Kedatangan kami ini dalam rangka menyatakan sikap untuk bertemu dengan Anggota DPRD, dari Komisi B yang menmbidangi pertanian," Ketua PMII Cabang Bantaeng Rizal Soefrianto.
Setelah beberapa menit menduduki ruang rapat paripurna DPRD, terlihat Sekretaris Dewan (Sekwan) Azwar Bakri datang menemui mahasiswa, Kedatangan Sekwan sempat ditolak. Para demostran tetap ingin bertemu dengan anggota Komisi B dan pimpinan DPRD.
Beberapa saat para mahasiswa dan Sekwan terlibat debat di ruang paripurna. Setelah mendapat jaminan dari sekwan, mereka bersedia tertib dan tenang, sambil menunggu anggota DPRD yang sementara menuju gedung DPRD. Bahkan para mahasiswa melakukan salat duhur berjamaah di ruang rapat paripurna.
Menurut Ketua RBPH, Suhardi subsidi pupuk yang tersedia saat ini tidak seluruhnya bisa dirasakan sepenuhnya oleh petani. Pasalnya, ada sejumlah syarat seperti kepemilikan tanah garapan menjadi salah syarat untuk dapat pupuk subsidi.
"Pupuk tidak hanya langka namun juga harganya yang tidak terjangkau atau di atas harga HET. Di lapangan petani kesulitan karena administrasinya sangat ribet," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Suhardi, DPRD bersama dengan pemerintah daerah harus memberikan solusi, bagaimana pupuk bersubsidi ini bisa dipermudah, karena pupuk merupakan kebutuhan mendasar para petani.
Para mahasiswa meninggalkan gedung DPRD Bantaeng, sekitar pukul 15.20 Wita. Setelah berdialog dengan Anggota DPRD Bantaeng, Muh Amhy dan Kahar dari Partai Gerindar dan PAN.
(MAN)
Berita Terkait

Sulsel
Anggota DPRD Bantaeng Minta THR ASN-PPPK Segera Dibayar
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bantaeng Muh Asri mendesak Pemkab agar segera mencairkan Tunjangan Hari Raya (THR) ASN dan PPPK.
Selasa, 25 Mar 2025 03:22

Sulsel
Serah Terima Jabatan, Bupati Bantaeng Uji Nurdin: Tugas Mulia Menuju Kemajuan
DPRD Bantaeng menggelar serah terima jabatan dari Pj Bupati Bantaeng, Andi Abubakar kepada Bupati Bantaeng M. Fathul Fauzy Nurdin di Kantor DPRD Bantaeng pada Senin, 3 Maret 2025.
Senin, 03 Mar 2025 22:03

Sulsel
Kucurkan Rp4,9 M untuk Sewa Mobil Dinas, Pemkab Bantaeng Dikritik
Anggaran sewa mobil dinas pejabat Eselon II, III dan Forkopimda Kabupaten Bantaeng sebesar Rp4,9 miliar untuk 44 unit dikritik anggota DPRD.
Sabtu, 15 Feb 2025 19:01

Sulsel
DPRD Bantaeng Masih Tunggu Surat Resmi Pelantikan Kepala Daerah dari Pusat
DPRD Kabupaten Bantaeng hingga saat ini belum menerima surat resmi dari Kemendagri terkait agenda pelantikan kepala daerah terpilih hasil Pilkada 2024.
Selasa, 28 Jan 2025 06:30

Sulsel
Dewan Kawal Polemik PPPK Bantaeng hingga ke Kementerian
DPRD Kabupaten Bantaeng menggelar RDP dengan sejumlah honorer kategori dua (K2) terkait polemik proses rekrutmen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Senin (20/1/2025).
Senin, 20 Jan 2025 17:24
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler