Tim Riset PNUP Serah Terima Teknologi Kepada PT Mahakam Celebes Energi

Sabtu, 11 Okt 2025 08:54
Tim Riset PNUP Serah Terima Teknologi Kepada PT Mahakam Celebes Energi
Tim Riset PNUP bersama PT Mahakam Celebes Energi, di Kampus II PNUP, Jumat (10/10/2025). Foto: Istimewa
Comment
Share
GOWA - Tim Riset Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP), secara resmi melakukan Serah Terima Teknologi Tepat Guna Mesin Produksi Briket Arang dengan PT. Mahakam Celebes Energi, di Kampus II PNUP, Jl. Moncongloe, Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros.

Program Katalisator Kemitraan ini bertajuk "Inovasi Teknologi Tepat Guna dalam Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Perkebunan menjadi Biochar dan Briket Arang Ramah Lingkungan untuk Peningkatan Ekonomi Masyarakat Sulawesi Selatan", kerja sama ini merupakan serah terima alat pembuatan pabrik briket ramah lingkungan.

Dalam keterangannya, Koordinator Tim riset pengembangan pabrik briket, Baso Nasrullah, mengungkapkan bahwa sumber dana utama program ini berasal dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), dikerjakan selama 4 bulan dan telah melewati uji coba.

"Kami di PNUP ini kan ada dua judul yang diterima, alhamdulillah salah satunya ini. Saat ini sudah masuk tahap serah terima alat. Kemudian disaksikan sendiri oleh langsung pemiliknya. Alhamdulillah itu sudah diterima dan mereka merasa puas dengan hasil yang kita dapatkan, sehingga ini kita sudah serahkan," ungkapnya kepada SINDO Makassar, Jumat (10/10/2025).

Baso berharap agar PT. Mahakam Celebes Energi bisa memanfaatkan dengan baik mesin ini, dalam hal memproduksi briket. Rencananya pada bulan November, pihaknya akan meluncurkan produk briket yang akan langsung diekspor ke salah satu pembeli dengan menggunakan alat ini, di wilayah Timur Tengah.

"Kapasitas produksi yang kita rencanakan itu antara 250-300 kg/jam. Contohnya bisa rata-rata 200 kg, jadi kalau kita kira-kira bekerja dalam kurang lebih 4-5 jam itu bisa menghasilkan sebanyak 1 ton dalam satu hari. Proses pengeringannya itu yang lama biasanya, tergantung apakah pengeringannya secara konvensional ataukah secara mesin nanti,tetapi biasanya itu mereka tidak langsung memproduksi sebesar itu. Biasanya ambil 70% kira-kira dari kapasitas maksimal, jadi aman-amannya bisa sampai 150-200 kg/jam," sebutnya.

Ketua Program Studi D4 Teknik Manufaktur PNUP ini menjelaskan bahwa perawatan mesin ini tidak sulit, karena menggunakan mesin-mesin penggerak seperti motor listrik dan tidak menggunakan banyak komponen, sehingga perawatannya jadi lebih mudah. Kata dia, durasi perancangan mesin ini memakan waktu sekitar 10 bulan.

"Dalam waktu dekat ini, kami akan menyiapkan panduan untuk maintenance. Durasi perawatan ini kita belum bisa memprediksi sementara, jadi biasanya kita mengikuti panduan mesin, seperti waktu perawatan motor listrik dan gearbox. Biasanya yang paling banyak adalah pergantian oli atau pelumasan, tetapi yang kita inginkan adalah perawatan dilakukan secara rutin," ujarnya saat ditemui di ruangannya.

Baso juga menuturkan tantangan pembuatan mesin produksi briket ini adalah pembagian waktu yang terbatas antara di lapangan dan mengajar sebagai dosen di beberapa kelas kampus PNUP. Sehingga, pihaknya melibatkan siswa magang dari SMKN 2 Parepare dan SMKN 2 Makassar.

"Tantangan ini kan sesuatu hal yang baru kita biasanya melihat referensi untuk melihat dari video tapi kita membuatnya menjadi suatu produksi yang nyata. Kita di kampus ini kan terbiasa membuat suatu prototype dan hanya memodel saja, tetapi prototype yang betul-betul nanti bisa dipakai, beralih ke final product, itu tidak mudah. Banyak sekali tantangannya. Contohnya, dari awal rancangannya bagus tapi pembuatannya belum bagus, itu tantangan tersendiri," pungkasnya.
(MAN)
Berita Terkait
Berita Terbaru