GPEI Sulsel Sebut Ekspor Masih Stabil, Tapi Butuh Dukungan Pemerintah
Senin, 29 Apr 2024 15:51
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor (GPEI) Sulsel, Arief R Pabettingi. Foto/Istimewa
MAKASSAR - Kinerja ekspor Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga triwulan I 2024 masih stabil, di tengah kondisi geopolitik yang memanas dan penguatan Dolar. Butuh dukungan pemerintah untuk memacu kinerja ekspor agar tidak malah merosot.
Demikian disampaikan oleh Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor (GPEI) Sulsel, Arief R Pabettingi, saat berbincang dengan awak media di salah satu kafe di Makassar, Senin (28/4/2024).
Saat ini komoditas ekspor Sulsel masih didominasi nikel, rumput laut, perikanan, cengkeh, merica dan getah pinus. Adapun negara tujuan paling banyak ialah China yang dapat mencapai 60%. Disusul Jepang (15%) dan Korea (7%).
"Kondisi umum ekspor Sulsel berdasarkan data masih stabil, dalam artian tidak naik dan turun," kata Arief.
Meski demikian, bila dibandingkan data ekspor Sulsel periode yang sama pada tahun lalu, diakuinya ada pertumbuhan. Hanya saja, kinerja ekspor bakal sangat tergantung dengan kondisi geopolitik dan perekonomian global. Bisa meningkat, atau mendadak drop.
Arief menjabarkan ada sejumlah tantangan besar yang kini dihadapi pelaku usaha untuk menjaga, bahkan mengakselerasi kinerja ekspor Sulsel. Pertama, permasalahan geopolitik yang kian memanas melibatkan sejumlah negara. Kondisi itu juga berpengaruh pada biaya beban logistik.
Kedua, penguatan Dolar yang berpengaruh pada kondisi perekonomian nasional. Belum lagi, kondisi ekonomi yang masih berangsur pulih akibat pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir tiga tahun.
"Hampir tiga tahun dalam era Covid-19, kita juga dihadapkan dengan konflik-konflik geopolitik yang mempengaruhi stabilitas ekspor. Yang paling terdampak adalah sektor logistik, yang berdampak pada kenaikan harga dan terganggunya arus barang," ungkap dia.
Menurut Arief, biaya logistik yang tinggi menjadi salah satu faktor utama yang membuat harga produk ekspor menjadi mahal. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mengoptimalkan sistem transportasi dan regulasi guna memastikan bahwa biaya logistik dapat diminimalkan.
"Dalam situasi seperti ini, peran pemerintah sangat penting. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, pelaku usaha akan lebih termotivasi untuk meningkatkan daya saing produk komoditi dalam pasar internasional," ujarnya.
Arief juga menyoroti pentingnya kerja sama antar pemerintah (government-to-government/G2G) untuk menyelesaikan permasalahan terkait regulasi ekspor, khususnya dalam hal standar kebersihan dan higienis produk.
"Saya melihat bahwa terutama untuk ekspor ke China, setiap produk dari Indonesia, terutama yang siap konsumsi, harus memenuhi aturan ketat terkait regulasi higienis,” tuturnya.
Kendati demikian kerja sama antar pemerintah sangatlah penting, karena merekalah yang menetapkan regulasi yang harus diikuti sebagai pengusaha.
Diketahui, sebagian besar komoditas yang diekspor masih dalam bentuk bahan baku, belum diolah menjadi produk jadi atau semi-jadi.
Demikian disampaikan oleh Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor (GPEI) Sulsel, Arief R Pabettingi, saat berbincang dengan awak media di salah satu kafe di Makassar, Senin (28/4/2024).
Saat ini komoditas ekspor Sulsel masih didominasi nikel, rumput laut, perikanan, cengkeh, merica dan getah pinus. Adapun negara tujuan paling banyak ialah China yang dapat mencapai 60%. Disusul Jepang (15%) dan Korea (7%).
"Kondisi umum ekspor Sulsel berdasarkan data masih stabil, dalam artian tidak naik dan turun," kata Arief.
Meski demikian, bila dibandingkan data ekspor Sulsel periode yang sama pada tahun lalu, diakuinya ada pertumbuhan. Hanya saja, kinerja ekspor bakal sangat tergantung dengan kondisi geopolitik dan perekonomian global. Bisa meningkat, atau mendadak drop.
Arief menjabarkan ada sejumlah tantangan besar yang kini dihadapi pelaku usaha untuk menjaga, bahkan mengakselerasi kinerja ekspor Sulsel. Pertama, permasalahan geopolitik yang kian memanas melibatkan sejumlah negara. Kondisi itu juga berpengaruh pada biaya beban logistik.
Kedua, penguatan Dolar yang berpengaruh pada kondisi perekonomian nasional. Belum lagi, kondisi ekonomi yang masih berangsur pulih akibat pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir tiga tahun.
"Hampir tiga tahun dalam era Covid-19, kita juga dihadapkan dengan konflik-konflik geopolitik yang mempengaruhi stabilitas ekspor. Yang paling terdampak adalah sektor logistik, yang berdampak pada kenaikan harga dan terganggunya arus barang," ungkap dia.
Menurut Arief, biaya logistik yang tinggi menjadi salah satu faktor utama yang membuat harga produk ekspor menjadi mahal. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mengoptimalkan sistem transportasi dan regulasi guna memastikan bahwa biaya logistik dapat diminimalkan.
"Dalam situasi seperti ini, peran pemerintah sangat penting. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, pelaku usaha akan lebih termotivasi untuk meningkatkan daya saing produk komoditi dalam pasar internasional," ujarnya.
Arief juga menyoroti pentingnya kerja sama antar pemerintah (government-to-government/G2G) untuk menyelesaikan permasalahan terkait regulasi ekspor, khususnya dalam hal standar kebersihan dan higienis produk.
"Saya melihat bahwa terutama untuk ekspor ke China, setiap produk dari Indonesia, terutama yang siap konsumsi, harus memenuhi aturan ketat terkait regulasi higienis,” tuturnya.
Kendati demikian kerja sama antar pemerintah sangatlah penting, karena merekalah yang menetapkan regulasi yang harus diikuti sebagai pengusaha.
Diketahui, sebagian besar komoditas yang diekspor masih dalam bentuk bahan baku, belum diolah menjadi produk jadi atau semi-jadi.
(TRI)
Berita Terkait
Ekbis
Karantina Sulsel Perkuat Efisiensi & Daya Saing Ekspor Lewat Sinergi Lintas Sektor
Karantina Sulsel menegaskan komitmennya untuk mendorong efisiensi dan daya saing ekspor, khususnya di Makassar, melalui sinergi lintas sektor.
Kamis, 13 Nov 2025 13:14
Ekbis
Sulsel Perkuat Ekspor UMKM & Investasi Berkelanjutan Lewat AMBF X SSIF 2025
BI Sulsel dan Pemprov Sulsel resmi membuka Anging Mammiri Business Fair (AMBF) dan South Sulawesi Investment Forum (SSIF) 2025, Rabu (12/11) di Ballroom Sandeq Hotel Claro, Makassar.
Rabu, 12 Nov 2025 14:29
Ekbis
Sulsel Export Day 2025 Dorong Sinergi Pertumbuhan Ekonomi Daerah
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo menggelar Sulsel Export Day 2025, sebagai simbol kemajuan konektivitas dan penguatan rantai logistik di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Rabu, 12 Nov 2025 08:14
Ekbis
Dari Ikan hingga Rempah, Karantina Sulsel Dorong Ekspor hingga ke 63 Negara
Ekspor komoditas Sulsel sepanjang 2025 menunjukkan kinerja yang impresif, dengan pengiriman menjangkau 63 negara dan total nilai mencapai triliunan rupiah.
Rabu, 05 Nov 2025 20:17
Ekbis
Sulsel Export Day 2025 Gerakkan Ekonomi di Hari Pahlawan
Kegiatan Sulsel Export Day diharap bisa menggerakkan dan memberi dampak langsung untuk perekonomian Sulsel, apalagi bakal digelar di Makassar New Port (MNP) pada 10-12 November mendatang.
Rabu, 05 Nov 2025 09:40
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Pelaku Penabrak Pejalan Kaki di Punagaya Dituntut 4 Tahun Penjara
2
Workshop Kemitraan, DPP IMMIM Perkuat Tata Kelola Masjid Profesional
3
Gerbong Mutasi Polres Luwu Timur Bergerak, Enam Pejabat Resmi Diganti
4
Meity Rahmatia Sebut Pencopotan Kalapas Enemwaria Sudah Tepat dan Sesuai Rasa Keadilan
5
Relawan Gabungan FK UMI Diterjunkan Bantu Korban Banjir Sumatera
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Pelaku Penabrak Pejalan Kaki di Punagaya Dituntut 4 Tahun Penjara
2
Workshop Kemitraan, DPP IMMIM Perkuat Tata Kelola Masjid Profesional
3
Gerbong Mutasi Polres Luwu Timur Bergerak, Enam Pejabat Resmi Diganti
4
Meity Rahmatia Sebut Pencopotan Kalapas Enemwaria Sudah Tepat dan Sesuai Rasa Keadilan
5
Relawan Gabungan FK UMI Diterjunkan Bantu Korban Banjir Sumatera