Sidang Kasus Kematian Virendy: Keluarga Sebut Korban Didesak Senior Ikut Diksar Mapala
Rabu, 13 Mar 2024 19:03
Sidang kasus kematian mahasiswa Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Hasanuddin, Virendy Marjefy Wehantouw, kembali digelar di PN Maros pada Rabu (13/3/2024). Foto/Najmi S Limonu
MAROS - Sidang kasus kematian mahasiswa Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Hasanuddin, Virendy Marjefy Wehantouw, kembali digelar di Pengadilan Negeri (PN) Maros pada Rabu (13/3/2024). Virendy merupakan mahasiswa Unhas yang tewas saat menjalani Pendidikan Dasar (Diksar) dan Orientasi Medan (Ormed) XXVII UKM Mapala 09 FT Unhas pada Januari 2023.
Pada sidang kedua ini, terdapat dua terdakwa yakni Ketua Mapala Fakultas Teknik Unhas, Ibrahim, dan Ketua Pelaksana Diksar dan Ormed, Farhan. Mereka merupakan mahasiswa Teknik Unhas semester 12 dan semester 10.
Sidang kedua ini mengagendakan keterangan saksi-saksi yang berasal dari keluarga korban, yakni Ayah Korban James Wehantouw dan Viranda Wehantouw. Sidang ini dimulai tepat pukul 10.00 wita sampai pukul 15.33 wita.
Dalam keterangannya, Viranda yang diperiksa kurang lebih dua jam ini mengatakan, pihaknya mendapatkan informasi jika adiknya sedang berada di IGD Rumah sakit Grestelina. Namun informasi kematian adiknya baru dia ketahui dari salah seorang kerabatnya yang bertugas di RS tersebut.
"Bapak saya menghubungi salah satu kerabat yang bertugas di RS itu. Awalnya bapak hanya ingin memastikan, jika adik saya dirawat di IGD. Tapi kerabat kami itu menyampaikan kalau adik saya sudah berada di kamar mayat. Padahal informasi yang kami terima dari Saudara Ibrahim, jika adik saya sedang berada di IGD. Dia sama sekalo tidak mengatakan kalau Virendy sudah meninggal," jelasnya.
Virenda menjelaskan, keluarganya menduga, adiknya terpaksa bergabung dan ikut Diksar karena adanya desakan dari senior kampusnya. Bahkan ada yang berani membayarkan uang formulir keberangkatan Diksar tersebut.
"Ada bukti chat dari salah seorang seniornya. Padahal adik saya sudah menolak halus. Tapi tetap didesak, dengan argumen akan membayarkan uang formulirnya," jelasnya.
Sementara itu, ayah korban, James Wehantouw mengatakan, secara pribadi pihaknya telah memaafkan pelaku. Hanya saja proses hukum harus tetap berjalan.
Dia menjelaskan, sejak bergulirnya kasus tersebut pada bulan Januari 2023 lalu, hingga saat ini mulai disidangkan, banyak kejanggalan-kejanggalan dalam kasus kematian ananknya tersebut.
Salah satunya adalah, seluruh peserta diksar dipulangkan ke kampung halaman masing-masing. Hal itu diketahuinya dari salah seorang peserta Diksar yang juga teman baik anaknya.
"Salah seorang peserta Diksar mengatakan kepada saya, jika mereka semua diminta
untuk pulang kampung, setelah kejadian tersebut. Akibatnya dia menjadi bingung karena harus pulang kampung," ungkap James di ruang persidangan.
Dirinya juga menyayangkan, civitas Akademisi Fakultas Teknik Unhas sama sekali tidak terbuka pada kasus yang menimpa anaknya. Bahkan, beberapa utusan dari pihak kampus tidak ada yang datang untuk berbelasungkawa secara khusus.
"Mereka hanya datang sebagai pelayat. Tidak ada yng datang secara khusus untuk berbela sungkawa kepada keluarga kami. Tidak ada yang berkomunikasi secara intens," ujarnya.
Komunikasi mulai dibuka, kata dia, saat sudah ada penetapan tersangka.
Sementara itu, Jaksa Penuntut Umum, Sotiyanto Dio mengatakan, dalam kasus tersebut akan ada 10 saksi yang diperiksa pada sidang selanjutnya. Namun dalam kasus kematian virendy ini, pihak JPU akan menghadirkan 35 orang saksi.
"Kalau sesuai jadwal 10 orang tersebut merupakan pihak yang ikut kegiatan. Dari 35 orang saksi itu, sudah termasuk ahli dari forensik dan ahli pidana dari UI," ujarnya.
Dio, panggilan akrabnya menjelaskan, pada kasus ini, kedua terdakwa yakni Ibrahim dan Farhan didakwa dengan Pasal 359 tentang kelalaian yang mengakibatkan orang meninggal. Yang kedua 351 ayat 1 ke 3 junto pasal 56 ke 2.
Pada sidang kedua ini, terdapat dua terdakwa yakni Ketua Mapala Fakultas Teknik Unhas, Ibrahim, dan Ketua Pelaksana Diksar dan Ormed, Farhan. Mereka merupakan mahasiswa Teknik Unhas semester 12 dan semester 10.
Sidang kedua ini mengagendakan keterangan saksi-saksi yang berasal dari keluarga korban, yakni Ayah Korban James Wehantouw dan Viranda Wehantouw. Sidang ini dimulai tepat pukul 10.00 wita sampai pukul 15.33 wita.
Dalam keterangannya, Viranda yang diperiksa kurang lebih dua jam ini mengatakan, pihaknya mendapatkan informasi jika adiknya sedang berada di IGD Rumah sakit Grestelina. Namun informasi kematian adiknya baru dia ketahui dari salah seorang kerabatnya yang bertugas di RS tersebut.
"Bapak saya menghubungi salah satu kerabat yang bertugas di RS itu. Awalnya bapak hanya ingin memastikan, jika adik saya dirawat di IGD. Tapi kerabat kami itu menyampaikan kalau adik saya sudah berada di kamar mayat. Padahal informasi yang kami terima dari Saudara Ibrahim, jika adik saya sedang berada di IGD. Dia sama sekalo tidak mengatakan kalau Virendy sudah meninggal," jelasnya.
Virenda menjelaskan, keluarganya menduga, adiknya terpaksa bergabung dan ikut Diksar karena adanya desakan dari senior kampusnya. Bahkan ada yang berani membayarkan uang formulir keberangkatan Diksar tersebut.
"Ada bukti chat dari salah seorang seniornya. Padahal adik saya sudah menolak halus. Tapi tetap didesak, dengan argumen akan membayarkan uang formulirnya," jelasnya.
Sementara itu, ayah korban, James Wehantouw mengatakan, secara pribadi pihaknya telah memaafkan pelaku. Hanya saja proses hukum harus tetap berjalan.
Dia menjelaskan, sejak bergulirnya kasus tersebut pada bulan Januari 2023 lalu, hingga saat ini mulai disidangkan, banyak kejanggalan-kejanggalan dalam kasus kematian ananknya tersebut.
Salah satunya adalah, seluruh peserta diksar dipulangkan ke kampung halaman masing-masing. Hal itu diketahuinya dari salah seorang peserta Diksar yang juga teman baik anaknya.
"Salah seorang peserta Diksar mengatakan kepada saya, jika mereka semua diminta
untuk pulang kampung, setelah kejadian tersebut. Akibatnya dia menjadi bingung karena harus pulang kampung," ungkap James di ruang persidangan.
Dirinya juga menyayangkan, civitas Akademisi Fakultas Teknik Unhas sama sekali tidak terbuka pada kasus yang menimpa anaknya. Bahkan, beberapa utusan dari pihak kampus tidak ada yang datang untuk berbelasungkawa secara khusus.
"Mereka hanya datang sebagai pelayat. Tidak ada yng datang secara khusus untuk berbela sungkawa kepada keluarga kami. Tidak ada yang berkomunikasi secara intens," ujarnya.
Komunikasi mulai dibuka, kata dia, saat sudah ada penetapan tersangka.
Sementara itu, Jaksa Penuntut Umum, Sotiyanto Dio mengatakan, dalam kasus tersebut akan ada 10 saksi yang diperiksa pada sidang selanjutnya. Namun dalam kasus kematian virendy ini, pihak JPU akan menghadirkan 35 orang saksi.
"Kalau sesuai jadwal 10 orang tersebut merupakan pihak yang ikut kegiatan. Dari 35 orang saksi itu, sudah termasuk ahli dari forensik dan ahli pidana dari UI," ujarnya.
Dio, panggilan akrabnya menjelaskan, pada kasus ini, kedua terdakwa yakni Ibrahim dan Farhan didakwa dengan Pasal 359 tentang kelalaian yang mengakibatkan orang meninggal. Yang kedua 351 ayat 1 ke 3 junto pasal 56 ke 2.
(TRI)
Berita Terkait
Ekbis
Indosat Perkuat Pendidikan Digital di Unhas dengan Laboratorium Canggih
Sebagai bagian dari upaya besar memberdayakan Indonesia, kali ini Indosat menyerahkan laboratorium teknologi canggih kepada Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas).
Sabtu, 23 Nov 2024 14:07
Ekbis
OJK Dorong Mahasiswa Pahami Keuangan, Asuransi, dan Dana Pensiun
OJK menggelar kegiatan OJK Mengajar dengan tema “Generasi Cerdas Keuangan Menuju Indonesia Emas” di Auditorium Baruga Andi Pangerang Pettarani, Unhas.
Jum'at, 22 Nov 2024 13:31
Ekbis
OJK Dorong Literasi Keuangan Mahasiswa Unhas Menuju Indonesia Emas
Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa, mengapresiasi kolaborasi antara OJK dan Unhas dalam meningkatkan literasi keuangan di kalangan mahasiswa.
Kamis, 21 Nov 2024 23:43
Sulsel
Departemen Ilmu Politik FISIP Unhas Sosialisasi Pilkada Damai di CFD Boulevard Makassar
Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas Hasanuddin (Unhas) bekerja sama dengan KPU dan Bawaslu Kota Makassar serta KPU Sulawesi Selatan mengadakan kegiatan sosialisasi pilkada damai di area Car Free Day (CFD) Boulevard, Makassar pada Ahad (10/11/2024).
Minggu, 10 Nov 2024 13:53
News
Rektor Unhas Serahkan SK 34 Guru Besar Baru, Ini Daftarnya
Rektor Unhas menyerahkan 34 SK Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan akademik dosen sebagai guru besar/professor baru dalam lingkup Unhas.
Jum'at, 08 Nov 2024 19:18
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Tim Hukum Temukan Dugaan Praktik Politik Uang saat Masa Tenang di SMP Gowa
2
Kekuatan Rakyat di Gowa Makin Sulit Dibendung ke Husniah-Darmawangsyah
3
Dinilai Sakiti Perasaan Masyarakat, Ridwan Sau Diboikot Tampil di Bantaeng
4
Paslon Aurama' Tutup Tahapan Kampanye dengan Zikir dan Do'a Bersama Ribuan Masyarakat
5
Bawaslu Maros Gelar Apel Siaga Pengawasan Pemilu
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Tim Hukum Temukan Dugaan Praktik Politik Uang saat Masa Tenang di SMP Gowa
2
Kekuatan Rakyat di Gowa Makin Sulit Dibendung ke Husniah-Darmawangsyah
3
Dinilai Sakiti Perasaan Masyarakat, Ridwan Sau Diboikot Tampil di Bantaeng
4
Paslon Aurama' Tutup Tahapan Kampanye dengan Zikir dan Do'a Bersama Ribuan Masyarakat
5
Bawaslu Maros Gelar Apel Siaga Pengawasan Pemilu