Konsorsium Sultanbatara dan PKK Sulsel Gelar Bimtek Teknologi Hijau Fashion

Kamis, 12 Jun 2025 17:21
Konsorsium Sultanbatara dan PKK Sulsel  Gelar Bimtek Teknologi Hijau Fashion
Suasana kegiatan Bimtek Teknologi Hijau Fashion di gedung PKK Sulsel, Kamis (12/6/2025). Foto: SINDO Makassar/Dewan Ghiyats Yan G
Comment
Share
MAKASSAR - Konsorsium Sultanbatara bersama Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) menggelar Pendidikan dan Keterampilan (Dilan), Bimtek Teknologi Hijau Fashion, di Gedung PKK Sulsel, Jalan Masjid Raya Nomor 70A, Kecamatan Bontoala, Kota Makassar.

Ketua Bidang 3 PKK Sulsel, Amalia menjelaskan bahwa kegiatan rumah Dilan ini merupakan salah satu program prioritas dari Kelompok Kerja (Pokja) 2 PKK Sulsel yang diikuti 50 peserta.

"Kegiatan ini dapat mengolah bahan tumbuhan untuk menjadi pewarna. Aktivitas ini bisa memberikan efek baik dan jadikan motivasi UMKM yang bisa menghasilkan ekonomi keluarga. Bagaimana bisa memberdayakan keterampilan sehingga menghasilkan perhitungan ekonomi keluarga ini semua peserta bisa mendapatkan keterampilan yang diberikan hari ini dalam pelatihan ini," ujarnya kepada awak media.

Dia menambahkan bahwa hasil pelatihan ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas dan pendidikan, khususnya kaum ibu untuk meningkatkan perekonomian di masa depan.

"Jadi kita tekankan ini agar 3 bulan ke depan sudah ada hasilnya hasil dari pembelajaran hari ini, setelah 3 bulan kita akan rekrut lagi peserta yang lain untuk melatih lagi kegiatan lainnya," pungkasnya.

Sementara, salah satu pemateri pelatihan, Zulfitriany Dwiyanti mengatakan gambaran dari kegiatan ini adalah untuk mengekstraksi limbah-limbah pertanian yang tidak dimanfaatkan, serta melalui riset ini dilakukan pengujian kekuatan warna menjadi pewarna batik di Sulawesi Selatan.

"Kita fokus pada 4 limbah yaitu kulit rambutan, biji alpukat, kulit manggis, dan serabut kelapa. Semua bahan ini melimpah di sekitar kita, limbah ini kemudian dengan IPTEK, kita masukkan ke dalam mesin pengering untuk menurunkan kadar air, dan tujuannya juga untuk mempercerah warna," katanya kepada SINDO Makassar.

Dosen dari Politeknik Pertanian Negeri Pangkep (Polipangkep) ini berharap agar kegiatan bisa diadopsi dan diimplementasikan untuk memperkuat kemandirian desa dalam hal ekonomi, utamanya desa-desa yang belum maju dalam sisi ekonomi.

"Jadi warna yang dihasilkan lebih bagus dibanding dengan warna selama ini yang digunakan para pengrajin batik yang sudah ada. Kita juga ada beberapa ada inovasi dalam bentuk ekstraknya, sehingga tidak perlukan perebusan dalam prosesnya, dan akan menghasilkan pewarna batik alami yang diterima di pasar internasional. Karena sangat mudah diadopsi oleh masyarakat dengan sumber daya alam yang melimpah yang ada di Sulawesi Selatan," pungkasnya.

Selain itu, Luqman Saleh menuturkan bahwa hasil riset ini bisa memperkenalkan pewarna alami agar lebih dikenal lagi di masyarakat, karena lebih ramah lingkungan.

"Ini salah satu diseminasi yang bekerja sama dengan PKK tapi bukan hanya PKK saja, kita juga kerjasama MoU dengan SMK 8 Makassar dan pengrajin batik yang ada di Makassar, nanti akan menggunakan produk-produk yang dihasilkan dari empat limbah," tuturnya saat ditemui SINDO Makassar.

Selanjutnya, Muhammad Ashar, mengungkapkan bahwa rancangan alat yang dibuat mampu mengurai serabut kelapa menjadi dua macam hasil yakni cocopeat dan coco sheet.

"Kami berinisiatif membuat sebuah alat untuk memudahkan cara memisahkan atau mengiris seperti biji alpukat menjadi lebih kecil, makanya ide ini muncul dari permasalahan itu. Kami dalam satu tim ada beberapa orang dan saya sebagai ketua tim untuk perencangan alat ini, sehingga seperti serabut kelapa kita urai menjadi dua macam hasil yakni cocopeat dan coco sheet," bebernya saat dikonfirmasi SINDO Makassar.

Ashar pun menerangkan bahwa dari hasil cocopeat bisa dimanfaatkan menjadi zat pewarna dan coco sheet bisa menjadi seperti kerajinan tas, topi, dan lain-lain. Kata dia, ada dua alat yang dibuat, salah satunya adalah pencacah sabut kelapa untuk memisahkan cocopeat dan coco sheet, sedangkan biji alpukat akan dirancang alat pisaunya, sekaligus membuat alat pengeringnya.

"Kita buat alat pengeringnya karena misalnya kendala musim hujan, sehingga mempersulit untuk mengeringkan menggunakan matahari atau secara alami, supaya biji alpukat tidak rusak dan tidak terbuang percuma di saat musim hujan, makanya diciptakanlah alat pengering ini untuk mengeringkan biji alpukat," katanya.

Adapun pemateri dan tim dari kegiatan pelatihan ini di antaranya, Luqman Saleh, Siti Muriyana, Muhammad Ashar, Zulfitriany Dwiyanti, Dr. Agussalim dari Polipangkep. Kemudian Muh. Irsan dari PNUP, dan Nila Sartika dari Politeknik Bosowa.

Kemudia rangkaian acara ini meliputi, materi bimtek teknologi hijau fashion; pengenalan bahan dan alat; demonstrasi pengecilan ukuran, pengeringan, dan ekstraksi biji alpukat; pembuatan larutan fiksator, praktek menggambar desai pada kain; dan praktek mencanting batik.

Kegiatan pelatihan ini dimulai dari Kamis hingga Jumat (12 - 13) Juni 2025, di hari pertama yakni kegiatan ekstraksi pewarna alami biji alpukat; dan di hari kedua yaitu pewarnaan, fiksasi, dan pelodoran pada kain.
(MAN)
Berita Terkait
Berita Terbaru