Proyek Karbon Biru ASEAN Diluncurkan, Dorong Solusi Iklim & Ekonomi Berkelanjutan

Kamis, 22 Mei 2025 10:34
Proyek Karbon Biru ASEAN Diluncurkan, Dorong Solusi Iklim & Ekonomi Berkelanjutan
ASEAN, Pemerintah Jepang, dan UNDP resmi meluncurkan Proyek ASEAN Blue Carbon and Finance Profiling (ABCF) di Jakarta. Foto/Istimewa
Comment
Share
JAKARTA - ASEAN, Pemerintah Jepang, dan UNDP resmi meluncurkan Proyek ASEAN Blue Carbon and Finance Profiling (ABCF) di Jakarta. Proyek ini menjadi langkah penting dalam memperkuat pengelolaan ekosistem karbon biru secara berkelanjutan di kawasan.

Pengembangan profil karbon biru melibatkan identifikasi, pemetaan, dan penilaian karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir dan laut, melalui pendekatan ilmiah, teknologi satelit, dan survei lapangan. Inisiatif ini bertujuan mengembangkan solusi pembiayaan inovatif guna memperkuat ketahanan iklim dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif di seluruh ASEAN dan Timor Leste.

Didanai oleh Pemerintah Jepang dan dilaksanakan oleh UNDP Indonesia, proyek ini berjalan dalam koordinasi dengan ASEAN Coordinating Task Force on Blue Economy (ACTF-BE). ABCF sejalan dengan tujuan Kerangka Kerja Ekonomi Biru ASEAN dan difokuskan pada penguatan kapasitas teknis dalam penilaian stok karbon, penyusunan profil karbon biru, serta integrasi strategi karbon biru ke dalam rencana pembangunan nasional dan regional.

Melanjutkan Proyek Inovasi Ekonomi Biru ASEAN sebelumnya, ABCF menegaskan komitmen kawasan terhadap ekonomi biru yang tangguh dan berkelanjutan. Melalui penyelarasan kebijakan, pembiayaan, dan pendekatan ilmiah, proyek ini mendukung pemanfaatan potensi ekonomi dan iklim dari ekosistem laut dan pesisir yang selama ini belum tergarap optimal.

“Ekonomi biru telah menjadi pendorong penting dalam pertumbuhan sekaligus mendorong kelestarian ekosistem sumber daya air di kawasan ASEAN,” kata Satvinder Singh, Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Ia mengimbuhkan pasar karbon biru, meskipun masih dalam tahap awal, mulai muncul sebagai sumber pendapatan potensial bagi negara-negara yang berinvestasi dalam konservasi dan restorasi. Proyek ABCF akan mendukung Negara-Negara Anggota dalam mengembangkan kebijakan yang strategis, berbasis ilmu pengetahuan, dan siap dari sisi pembiayaan untuk membuka potensi penuh dari ekosistem karbon biru.

Asia Tenggara adalah wilayah penting bagi karbon biru, dengan menyimpan sekitar 33% padang lamun dunia dan hampir 40% lahan gambut tropis yang telah diketahui—sekitar 6% dari total global. Namun, pemanfaatannya masih terbatas akibat kesenjangan teknis, finansial, dan kebijakan.

“Jepang merasa terhormat untuk mendukung inisiatif penting ini,” kata KIYA Masahiko, Duta Besar Jepang untuk ASEAN.

“Proyek ini mencerminkan komitmen mendalam kami terhadap ketahanan iklim, perlindungan ekosistem, dan kolaborasi regional. Bersama-sama, melalui kolaborasi dan kemitraan strategis, kita dapat membangun platform regional untuk mengukur karbon biru dan pembiayaan sektor biru guna mendukung aksi iklim dan pertumbuhan berkelanjutan," lanjut dia.

Peluncuran proyek ini dihadiri lebih dari 100 pemangku kepentingan dari negara anggota ASEAN, Timor-Leste, serta mitra dialog ASEAN. Hadir pula akademisi dari Universitas Gadjah Mada, organisasi internasional seperti Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), mitra pembangunan, dan media. Acara ini juga menyelenggarakan diskusi panel tingkat tinggi yang membahas pengalaman global dan regional dalam integrasi karbon biru ke dalam strategi iklim dan pembiayaan.

“Lamun dan lahan gambut merupakan salah satu solusi berbasis alam yang paling efektif dan terjangkau untuk mengurangi perubahan iklim,” kata Norimasa Shimomura, Kepala Perwakilan UNDP Indonesia.

“Melalui Proyek ABCF, UNDP bangga dapat bekerja sama dengan ASEAN dan Pemerintah Jepang dalam menjembatani ilmu pengetahuan, kebijakan, dan pembiayaan untuk mengembangkan potensi karbon biru bagi pembangunan berkelanjutan. Inisiatif ini akan menghasilkan profil karbon biru yang dapat ditindaklanjuti dan perangkat praktis untuk menarik investasi dan meningkatkan skala dampak," jelas Norimasa melanjutkan.

ABCF adalah upaya strategis untuk memosisikan karbon biru sebagai motor utama pembangunan berkelanjutan dan inklusif. Dengan menggandeng pakar nasional dan penasihat regional, proyek ini akan menghasilkan temuan dan rekomendasi kebijakan untuk mendukung dialog dan aksi iklim di tingkat ASEAN, serta membantu mobilisasi pendanaan untuk pelestarian ekosistem pesisir di kawasan.
(TRI)
Berita Terkait
Berita Terbaru