OPINI: Multikulturalisme dan Komunikasi Antar Budaya di Makassar

Tim Sindomakassar
Senin, 05 Agu 2024 23:00
OPINI: Multikulturalisme dan Komunikasi Antar Budaya di Makassar
Suwardi. Foto: Dokumen pribadi
Comment
Share
Suwardi
Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Pasca Sarjana Universitas Fajar Makassar

Multikulturalisme sangat erat kaitannya dengan Negara Indonesia yang memiliki keberagaman budaya, etnis, bahasa, agama, dan adat istiadat yang sangat luas dan kompleks. Indonesi sebagai negara multikultural dapat dilihat dari beberapa aspek seperti; keberagaman Etnis, Indonesia terdiri dari lebih dari 300 kelompok etnis yang berbeda, atau dari keberagaman suku bangsa Ada lebih dari 1.340 menurut sensus Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, masing-masing dengan bahasa, budaya, dan tradisi yang unik. Suku Jawa, Sunda, Batak, Minangkabau, Dayak dan Bugis adalah beberapa contoh dari ratusan suku yang ada di Indonesia.

Keragaman Bahasa, Indonesia memiliki sekitar 700 bahasa daerah yang berbeda, meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan bahasa pemersatu. Keberagaman bahasa ini mencerminkan kekayaan budaya dan cara hidup masyarakat di berbagai daerah. keberagaman Agama, Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, tetapi juga memiliki komunitas Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu yang signifikan. Agama-agama ini hidup berdampingan dan berkontribusi pada kehidupan bermsyarakat. Keberagaman Budaya dan Tradisi, Setiap kelompok etnis di Indonesia memiliki budaya dan tradisi yang khas, termasuk seni, musik, tarian, dan upacara adat. Misalnya, Tari Kecak dari Bali, Batik dari Jawa, dan Musik Tradisional dari Papua menunjukkan kekayaan budaya yang berbeda di seluruh nusantara.

Sebagai negara multikultural, Indonesia menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara keberagaman dan persatuan, tetapi juga menawarkan peluang besar untuk belajar dan berkembang melalui interaksi antarbudaya. Dengan memanfaatkan keberagaman sebagai kekuatan, Indonesia tidak hanya dapat mengatasi tantangan yang ada tetapi juga memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh interaksi antarbudaya. Melalui pendidikan, kebijakan inklusif, dan promosi toleransi, Indonesia dapat membangun masyarakat yang harmonis dan berkembang, di mana keberagaman menjadi sumber kekuatan dan inovasi. Keberagaman, jika dikelola dengan bijaksana, dapat menjadi pendorong utama untuk kemajuan sosial, ekonomi, dan budaya.



Makassar adalah salah satu contoh kota besar di Indonesia yang dikenal dengan keragaman budaya dan etnisnya, menjadikannya sebagai contoh kota multikultural yang menarik. Ada beragam etnis besar yang hidup rukun di kota ini seperti; etnis Makassar, etnis Bugis, etnis Toraja, etnis Mandar, etnis Jawa, Etnis Madura, etnis Maluku, etnis Papua, etnis Tionghoa dan lain sebagainya,.

Makassar adalah contoh nyata dari kota multikultural di Indonesia, di mana berbagai budaya, etnis, dan tradisi berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari. Keberagaman ini tidak hanya memperkaya kehidupan sosial dan budaya kota tetapi juga menghadirkan tantangan dan peluang untuk membangun masyarakat yang harmonis dan inklusif. Melalui perayaan budaya, interaksi sosial, dan kebijakan inklusif, Makassar menunjukkan bagaimana keberagaman dapat dikelola dengan baik untuk menciptakan lingkungan yang lebih beragam dan dinamis.

Pada dasarnya keanekaragaman budaya yang ada di Makassar membutuhkan keterampilan komunikasi antarbudaya yang efektif, dimna keterampilan komunikasi efektif antarbudaya memerlukan sensitivitas dan empati terhadap perbedaan budaya. Sensitivitas di sini berarti memiliki kepekaan terhadap berbagai nuansa dan detail dalam interaksi budaya yang berbeda. Misalnya, cara menyapa, bahasa tubuh, hingga ekspresi emosional yang berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya. Sensitivitas ini membantu individu untuk tidak hanya mengenali perbedaan tetapi juga menghargainya sebagai bagian dari kekayaan interaksi manusia.

Empati, di sisi lain, melibatkan kemampuan untuk menempatkan diri dalam posisi orang lain, memahami perasaan, perspektif, dan pengalaman mereka. Ini berarti kita tidak hanya melihat perbedaan budaya sebagai fakta tetapi juga merasakan dampak dari perbedaan tersebut dalam komunikasi dan hubungan sosial.



Milton J. Bennett mengembangkan model sensitivitas antar budaya, yang mencakup tahap-tahap dari penolakan terhadap perbedaan budaya hingga integrasi dan adaptasi penuh. Ia percaya bahwa "Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan tepat dalam konteks budaya yang berbeda adalah tanda kecerdasan budaya". Kecerdasan budaya juga dikenal dengan istilah (Cultural Intelligence atau CQ) adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya. Kecerdasan budaya melampaui sekadar pengetahuan tentang budaya lain; ini melibatkan serangkaian kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk beradaptasi, berkomunikasi, dan bekerja dengan baik dalam berbagai konteks budaya. Setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam dimensi ini yaitu; Dimensi Kognitif, memahami fakta-fakta dasar tentang budaya lain, termasuk nilai-nilai, norma, dan praktik, Dimensi Motivasi, Motivasi untuk belajar tentang budaya lain dan untuk berinteraksi dengan orang dari budaya yang berbeda, Dimensi Perilaku, Kemampuan untuk menyesuaikan perilaku dan komunikasi sesuai dengan konteks budaya tertentu.

Komunikasi yang efektif memainkan peran penting dalam menyatukan masyarakat multikultural di Makassar. Berikut adalah beberapa cara di mana komunikasi yang efektif dapat berkontribusi dalam menyatukan multikulturalisme: 1.Membangun Pemahaman dan Penghargaan dengan cara Penyebaran Informasi yang Akurat dan memberikan Edukasi Multikultural kepada masyarakat. 2. Mengurangi Stereotip dan Prasangka dengan dialog terbuka dan diskusi yang memungkinkan individu dari berbagai latar belakang budaya untuk berbicara tentang pengalaman mereka dan mendengar perspektif orang lain. Ini membantu mengurangi prasangka dan stereotip negatif. 3. Meningkatkan Kolaborasi dan Kerjasama dengan melibatkan berbagai kelompok budaya dalam proyek komunitas yang memerlukan kerjasama. 4. Menyediakan Akses Informasi yang Setara dengan menyediakan layanan terjemahan di lembaga publik seperti rumah sakit, sekolah, dan kantor pemerintah untuk memastikan semua orang dapat berkomunikasi dengan efektif, terlepas dari bahasa yang mereka gunakan. 5. Memfasilitasi Resolusi Konflik dengan cara menyediakan layanan mediasi yang peka terhadap perbedaan budaya untuk membantu menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dari kesalahpahaman budaya. 6. Menghormati dan Melestarikan Identitas Budaya, dengan cara mengakui dan menghormati tradisi, praktik, dan perayaan budaya berbagai kelompok sebagai bagian penting dari identitas mereka.

Perwujudan komunikasi dan interaksi yang efektif dalam masyarakat multikultural di Makassar diantaranya dengan mengadakan, Pertama, Festifal Multikultural, di Makassar terdapat festival tahunan yang menampilkan tarian, musik, dan makanan dari berbagai budaya lokal dan internasional. Hal ini mendorong interaksi positif dan saling pengertian di antara masyarakat. Kedua, Program Pendidikan Multikultural di Sekolah yang mengintegrasikan pelajaran tentang berbagai budaya yang ada di Makassar dalam kurikulum sekolah untuk membangun pemahaman sejak usia dini. Ketiga, Dialog Antar Budaya dan Umat Beragama, dengan menyelenggarakan forum dialog rutin di mana anggota masyarakat dapat berbicara tentang isu-isu yang mereka hadapi dan bekerja sama untuk mencari solusi. Seperti Dialog Lintas Agama yang yang diadakan oleh pemerintah dengan menghadirkan peserta utusan dari berbagai komunitas agama seperti Majelis Agama, Forum Komunikasi Penyuluh Agama Lintas Agama, Forum Komunikasi Umat Beragama, dan utusan dari lima agama yang ada di Kota Makassar masing-masing dari agama Khonghucu, Hindu, Buddha, Katolik, dan Kristen serta agama Islam.

Implementasi komunikasi dan interaksi yang efektif dalam masyarakat multikultural di Makassar memerlukan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi. Dengan mengintegrasikan pendidikan multikultural, kebijakan inklusif, pendekatan keagamaan, kegiatan sosial dan budaya, serta teknologi dan media, Makassar dapat membangun masyarakat yang harmonis, saling menghargai, dan bersatu dalam keberagaman.
(MAN)
Berita Terkait
Berita Terbaru