Cahaya Ramadan: Ramadan Bersama Nabi SAW

Tim Sindomakassar
Rabu, 20 Mar 2024 13:18
Cahaya Ramadan: Ramadan Bersama Nabi SAW
Dr Akhmad Bazith Lc M Ag (Wakil Direktur I Pesantren Mahasiswa Darul Mukhlisin UMI Padanglampe-Pangkep). Foto: Istimewa
Comment
Share
Dr Akhmad Bazith Lc M Ag
(Wakil Direktur I Pesantren Mahasiswa Darul Mukhlisin UMI Padanglampe-Pangkep)

IBADAH
puasa Ramadan mulai diwajibkan pada tahun ke-2 H. Sedang Nabi SAW. wafat pada tahun ke-10 H. Ini berarti bahwa Nabi SAW hanya 8 kali bertemu dengan bulan Ramadan.

Bila dibandingkan dengan kita hingga Ramadan 1445 H ini, berarti kita telah melewati Ramadan dan telah berpuasa berkali-kali setiap tahunnya.

Meski Nabi SAW beserta para sahabatnya hanya beberapa kali bertemu dengan bulan puasa Ramadan, namun pengaruh yang mereka tinggalkan dan hasil yang dicapai seusai Ramadan sangat jelas membuahkan perilaku dan sifat taqwa yang semakin berkualitas.

Lalu kita (mohon maaf), seringkali melaksanakan ibadah puasa, namun tidak fokus -atau gagal fokus- pada tujuan peningkatan kualitas taqwa. Kita justru lebih fokus dan konsen hanya pada tataran menyelesaikan hari demi hari selama sebulan penuh, menghitung hari kapan lebarannya, sibuk bertawaf di pasar dan mal-mal, sehingga efek dan hasilnya menjadi terabaikan.

Tetapi masih ada waktu dan hari-hari ke depan untuk memperbaiki kualitas puasa dan tujuan puasa itu sendiri, yaitu meraih taqwa.

Sesungguhnya ibadah puasa Ramadan di bulan ini melatih kita untuk menahan lapar dan dahaga mulai dari waktu imsak (azan subuh) hatta azan magrib. Orang-orang beriman yang diseru dalam ayat puasa pasti bisa dan mampu melaksanakannya, sebaliknya orang yang rapuh imannya, untuk tidak dikatakan terkikis, tentu sangat berat menjalankannya, sehingga memilih untuk tidak berpuasa.

Jadi, orang yang beriman, meski di siang hari tenggorokannya kering dan saat perutnya keroncongan atau berdangdut ria, ia tidak akan tergoda oleh nikmatnya air dan lezatnya makanan sekalipun.

Mengapa orang beriman mampu menahan haus dan lapar? Karena dalam jiwa orang yang berpuasa terdapat ketaatan dan kesabaran, dalam hal ini sabar dalam menjalankan perintah Sang Khaliq. Nabi saw. bersabda: “Puasa adalah separuh dari kesabaran”. Jadi, kesabaran adalah inti dari ibadah puasa.

Dalam ibadah puasa juga, kita dituntut bersabar untuk menjaga hati dan menjaga pikiran dari negatif thinking, kebencian, sifat dengki, ucapan yang tercela, menghina orang lain bahkan sampai menyakitinya. Terapi agar kita memiliki kesabaran itu, sabda Nabi saw.: “Hendaknya berkata-kata yang baik atau lebih baik diam”.

Lalu apa lagi separuhnya? Ini terjawab dalam hadis Nabi SAW. “Setiap perbuatan anak cucu Adam untuknya sendiri, kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya”.

Sejatinya untuk membentuk pribadi taqwa, selain berpuasa, adalah berinteraksi dengan al-Qur'an (Kaefa Nata’amalu ma’al Qur’an), meminjam istilah Syaikh Muhammad al-Ghazali, seorang ulama besar Mesir. Berinteraksi dengan al-Qur'an ternyata membuat kita lebih dekat dengan wahyu-wahyu yang pernah diturunkan kepada Nabi SAW.

Dan di bulan inilah saatnya memperoleh keberkahan al-Qur'an. Ada yang awalnya buta huruf al-Qur'an hingga bisa melek al-Qur'an. Ada yang mulanya membaca ayat aliflammim (ada yang membaca dengan A-la-ma), sekarang sudah bisa membacanya dengan baik, Alif-Lamm-Mimm. Ada yang masih terbata-bata membacanya hingga bisa lancar.

Boleh jadi juga yang hari dan bulan sebelumnya tidak pernah sempat membacanya, di bulan ini lebih sering, bahkan sudah ada yang hampir khatam.

Di bulan ini pula Nabi SAW dalam satu riwayat disebutkan bahwa beliau bertambah lagi kedermawaannya pada bulan Ramadan. Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah SAW. adalah orang yang paling dermawan (Ajwadunnaas), dan lebih dermawan lagi pada saat bulan Ramadan (Kaana ajwadu ma yakunu fi Ramadan).

Salah satu amal kebaikan yang sangat dianjurkan di bulan ini adalah bersedekah. Dengan bersedekah seseorang akan memiliki sifat kedermawanan, dan kedermawanan itu adalah salah satu sifat mulia yang ada pada diri Nabi SAW.

Semoga kita tidak menyia-nyiakan kesempatan yang berharga ini untuk meningkatkan kualitas ibadah puasa dan kuantitas bacaan serta pemahaman kita terhadap al-Qur'an, tetap menjadi derwaman dan nanti terus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari kita, setelah bulan yang mulia ini.
(GUS)
Berita Terkait
Berita Terbaru