Cahya Ramadan: Manfaat Berpuasa Terhadap Kesehatan Mental

Tim Sindomakassar
Jum'at, 29 Mar 2024 09:43
Cahya Ramadan: Manfaat Berpuasa Terhadap Kesehatan Mental
dr H Muhammad Alim Jaya (Pengajar, Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Muslim Indonesia). Foto: Istimewa
Comment
Share
dr H Muhammad Alim Jaya
(Pengajar, Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Muslim Indonesia).

PADA
saat ini jutaan umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh seorang muslim yang telah memenuhi syarat untuk berpuasa.

Khusus di Indonesia, seorang muslim berpuasa sekitar 13-14 jam sehari dimulai dari sahur (sebelum subuh) hingga terbenamnya matahari (magrib). Selama berpuasa, seorang muslim tidak hanya berpantang dari makan dan minum, tetapi lebih dari itu, seorang muslim juga harus menahan seluruh tubuhnya dari melakukan sesuatu hal yang sia-sia, seperti menahan mulut untuk terlalu banyak bicara sesuatu hal yang tidak perlu, atau menahan telinga dari mendengarkan sesuatu berita yang tidak penting, menahan kaki melangkah ke tempat yang sia-sia.

Oleh karena itu, puasa mengajarkan kita pengendalian diri dan disiplin diri dengan tujuan untuk meningkatkan keadaan rohani dan jasmani serta mempererat hubungan kita dengan Allah SWT, Tuhan Semesta Alam.



Saat berpuasa, tubuh akan mengubah metabolisme glukosa menjadi metabolisme keton, sehingga menimbulkan efek anti-inflamasi, anti-oksidatif, dan ketahanan terhadap stres.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa konsep spiritualitas dalam kaitannya kesehatan dengan penyakit telah dipertimbangkan selama bertahun-tahun sebagai bagian dari model biologis-psikologis-sosial (biopsikososial). Konsep biopsikososial ini menunjukkan bahwa spiritualitas memiliki dampak positif terhadap kesehatan fisik dan mental seseorang.

Berbagai penelitian melaporkan bagaimana agama bisa menjadi salah satu alasan seseorang mengurungkan niatnya melakukan bunuh diri saat mengalami depresi berat. Karena menganggap bahwa bunuh diri adalah salah satu dosa besar.

Selain itu, komponen keagamaan seperti keyakinan kepada Allah SWT, membaca atau mendengarkan Al-Quran, dan partisipasi dalam ritual berulang seperti salat telah terbukti memiliki hubungan positif dengan penurunan risiko depresi, kecemasan, dan stres, serta mengakibatkan terjadinya peningkatan kualitas hidup individu.

Lalu, bagaimana manfaat puasa terhadap kesehatan mental?

Terdapat beberapa manfaat puasa, yaitu:Pertama, menghilangkan stres, Puasa mempunyai efek langsung pada kesehatan fisik dan mental dengan menghilangkan stres. Puasa setiap hari cenderung membuat jadwal makan seseorang menjadi lebih baik.

Dengan begitu akan terjadi pengurangan kadar makan sehingga terjadi pengurangan pada konsumsi karbohidrat, lemak, purin, dan lain-lain. Beberapa penelitian sebelumnya melaporkan bahwa pengurangan karbohidrat, lemak, dan lain-lain dalam jumlah tertentu selama beberapa minggu, akan meningkatkan kemampuan berpikir dan mengendalikan emosi sehingga meningkatkan mood dan mengurangi stres. Selain itu, puasa juga dapat menstabilkan produksi hormon kortisol oleh kelenjar adrenal yang berperan dalam respon tubuh terhadap stres.



Kedua, peningkatan fungsi mental. Saat seseorang berpuasa, terjadi proses detoksifikasi. Puasa mengaktifkan proses penting yang disebut “autophagy”, di mana otak membuang sampah yang menumpuk di siang hari. Proses “autophagy” membantu proses detoksifikasi di otak dengan membersihkan sel-sel tua dan rusak, serta membersihkan semua sisa-sisa sel yang sudah tua dan rusak.

Akibatnya, zat-zat toksin menjadi lebih sedikit yang mengalir ke dalam tubuh melalui darah dan sistem limfatik. Otak menjadi lebih segar dan memudahkan mereka untuk berpikir jernih. Selain itu, energi yang biasanya digunakan untuk mencerna makanan menjadi melimpah untuk digunakan oleh otak saat berpuasa.

Pengaruh terhadap kesehatan mental biasanya belum terlihat pada beberapa hari pertama puasa karena tubuh memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri. Pada awal puasa mungkin mengalami sedikit sakit kepala atau pegal-pegal, yang menandakan awal proses. Ketika tubuh membersihkan racun / toksin, otak memiliki akses ke aliran darah yang lebih bersih, menghasilkan pikiran yang jernih, daya ingat yang lebih baik, dan memperbaiki ketajaman semua panca indera.

Ketiga, penyembuhan dan peremajaan. Melalui proses detoksifikasi yang disebut “autophagy”, puasa menempatkan tubuh melalui proses penyembuhan dan peremajaan. Hal ini disebabkan oleh karena sel-sel yang sakit dan rusak telah dibersihkan sehingga hanya menyisakan sel-sel sehat. Terjadi juga redistribusi nutrisi termasuk vitamin dan mineral yang merata sesuai kebutuhan suatu organ tertentu dalam tubuh. Dengan demikian, tubuh menjadi mudah dalam memproses dan membuang jaringan tua, racun, atau bahan yang tidak diinginkan.

Keempat, peningkatan tekad. Seseorang yang memilih untuk berpuasa membutuhkan kekuatan mental dan kemampuan menolak kepuasan jangka pendek untuk mengejar tujuan jangka panjang. Ketika seseorang memilih untuk berpartisipasi dalam latihan yang menantang dan berhasil, dia akan mengalami kepuasan yang sangat besar dan rasa pencapaian yang diperbaharui.

Lalu, bolehkah penderita gangguan jiwa berpuasa di bulan Ramadan?Saat kita memperingati bulan suci Ramadan, pasien dengan gangguan kejiwaan dan anggota keluarganya menjadi khawatir dan memikirkan pertanyaan apakah orang dengan kondisi kejiwaan harus berpuasa selama Ramadan dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi kesehatan mereka? Bagaimana pengaruh obat terhadap kesehatan setelah lapar dan haus dalam waktu lama?

Bolehkah pasien jiwa berpuasa sangat terkait dengan tingkat keparahan kondisi pasien, apakah itu kronis dan sifat obat yang pasien minum. Selain faktor-faktor tersebut, pasien perlu mewaspadai dan berhati-hati jika memiliki penyakit penyerta seperti penyakit diabetes, jantung, epilepsi, atau hipertensi.

Jadwal dan pola tidur yang cukup merupakan hal yang cukup penting bagi banyak pasien dengan gangguan jiwa. Pola tidur adalah salah satu hal penting yang harus diperhatikan di bulan Ramadhan, dan gangguan tidur yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan mental bertambah parah.

Perubahan pola tidur dapat menyebabkan kambuhnya gangguan depresi atau bipolar. Penyesuaian pola tidur dan penghentian makan mungkin menimbulkan beberapa kesulitan pada orang yang memiliki gangguan kesehatan mental. Perubahan rutinitas ini dapat memperburuk gejala depresi atau gangguan bipolar. Penderita gangguan jiwa perlu berhati-hati dalam berpuasa dan keputusan berpuasa harus diambil melalui konsultasi dengan dokter spesialis jiwa (psikiater).

Demikianlah penjelasan mengenai manfaat berpuasa terhadap kesehatan mental dan bolehkah seseorang penderita gangguan mental untuk tetap melaksanakan berpuasa. Semoga bermanfaat dan selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga kita semua nanti akan menggapai derajat taqwa di akhir Ramadhan. Aamiin yaa Robbal’alamin
(GUS)
Berita Terkait
Berita Terbaru