Jadi Aset Pembangunan Bangsa, Hasnah Syam Ingin Remaja Bebas Stunting
Tim Sindomakassar
Selasa, 15 Agu 2023 21:45
Anggota Komisi IX DPR RI, drg Hasnah Syam, bertekad jadikan remaja Indonesia sebagai aset pembangunan bangsa bebas dari stunting. Foto: Istimewa
BARRU - Anggota Komisi IX DPR RI, drg Hasnah Syam, bertekad jadikan remaja Indonesia sebagai aset pembangunan bangsa bebas dari stunting.
Hal ini disampaikan pada kegiatan Sosialisasi Pencegahan Stunting dari Hulu bersama Mitra Kerja di Gedung PKG Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, Senin (14/08/23).
"Remaja sebagai aset pembangunan bangsa harus dipersiapkan sejak dini, bagaimana kesehatannya, pendidikannya dan karakternya semua harus disiapkan, dan yang terpenting mereka harus bebas dari stunting" ujar Hasnah Syam saat dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Hasnah Syam menyebutkan pencegahan stunting sebaiknya dimulai dari hulu dengan menyasar para remaja sebagai calon pengantin, dimana kondisi kesehatan remaja sebelum menikah sangat berpengaruh pada potensi lahirnya bayi stunting.
"Sangat penting bagi remaja untuk mengetahui apa itu stunting, apa dampaknya sehingga mereka bisa mencegahnya, karna stunting tidak hanya menyebabkan anak tumbuh pendek tetapi yang paling berdampak adalah otaknya tidak berkembang termasuk organ-organ tubuhnya yang lain tidak berkembang sehingga menurunkan tingkat kecerdasan anak dan akan mudah terserang penyakit," ujar Hasnah Syam.
Dikatakan pula, salah satu penyebab resiko bayi lahir stunting adalah karena pernikahan dini, dimana remaja yang masih dalam tahap pertumbuhan ditambah kondisi kesehatan yang kurang akan mempengaruhi kondisi dan perkembangan janin ketika hamil nanti.
Dirinya mengatakan, usia ibu saat hamil dapat mempengaruhi kondisi bayi yang akan dilahirkan. Wanita yang hamil di usia kurang dari 20 tahun memiliki peluang 2 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak stunting.
Hal ini kata dia, bisa terjadi karena remaja tadi masih dalam tahap pertumbuhan dan masih membutuhkan banyak nutrisi, ketika hamil maka akan terjadi persaingan berebut gizi antara ibu dengan bayi dalam kandungan. "Kalau tidak mampu memenuhi kebutuhan gizinya maka bisa-bisa melahirkan anak stunting," sebut Hasnah Syam.
Dalam kesempatan itu, Hasnah Syam mengajak seluruh peserta remaja untuk turut membantu pemerintah dalam pencegahan stunting dari hulu dengan cara tidak menikah di usia dini.
"Kalau remaja kita libatkan dalam upaya pencegahan stunting, Insyaallah stunting bisa kita tuntaskan dan cita-cita untuk mewujudkan generasi Indonesia yang berkualitas yaitu generasi emas 2045 dapat kita wujudkan" sebut Hasnah Syam.
Penata Kependudukan dan KB, dr. Indah Nurwulan Ayu Sumantry, mewakili BKKBN Pusat dalam kesempatan ini mengatakan, Indonesia setiap tahunnya melahirkan 4,4 juta bayi, dengan angka stunting 21,6 persen menggambarkan bahwa 1 dari 5 anak indonesia tersebut adalah stunting.
"Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita akibat kurangnya asupan gizi dalam lama, infeksi penyakit berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama di 1000 hari pertama kehidupan. Namun perlu ditekankan bahwa stunting bukan sebuah penyakit tetapi sebuah kondisi anak," ujar dr. Indah.
Hal ini disampaikan pada kegiatan Sosialisasi Pencegahan Stunting dari Hulu bersama Mitra Kerja di Gedung PKG Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, Senin (14/08/23).
"Remaja sebagai aset pembangunan bangsa harus dipersiapkan sejak dini, bagaimana kesehatannya, pendidikannya dan karakternya semua harus disiapkan, dan yang terpenting mereka harus bebas dari stunting" ujar Hasnah Syam saat dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Hasnah Syam menyebutkan pencegahan stunting sebaiknya dimulai dari hulu dengan menyasar para remaja sebagai calon pengantin, dimana kondisi kesehatan remaja sebelum menikah sangat berpengaruh pada potensi lahirnya bayi stunting.
"Sangat penting bagi remaja untuk mengetahui apa itu stunting, apa dampaknya sehingga mereka bisa mencegahnya, karna stunting tidak hanya menyebabkan anak tumbuh pendek tetapi yang paling berdampak adalah otaknya tidak berkembang termasuk organ-organ tubuhnya yang lain tidak berkembang sehingga menurunkan tingkat kecerdasan anak dan akan mudah terserang penyakit," ujar Hasnah Syam.
Dikatakan pula, salah satu penyebab resiko bayi lahir stunting adalah karena pernikahan dini, dimana remaja yang masih dalam tahap pertumbuhan ditambah kondisi kesehatan yang kurang akan mempengaruhi kondisi dan perkembangan janin ketika hamil nanti.
Dirinya mengatakan, usia ibu saat hamil dapat mempengaruhi kondisi bayi yang akan dilahirkan. Wanita yang hamil di usia kurang dari 20 tahun memiliki peluang 2 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak stunting.
Hal ini kata dia, bisa terjadi karena remaja tadi masih dalam tahap pertumbuhan dan masih membutuhkan banyak nutrisi, ketika hamil maka akan terjadi persaingan berebut gizi antara ibu dengan bayi dalam kandungan. "Kalau tidak mampu memenuhi kebutuhan gizinya maka bisa-bisa melahirkan anak stunting," sebut Hasnah Syam.
Dalam kesempatan itu, Hasnah Syam mengajak seluruh peserta remaja untuk turut membantu pemerintah dalam pencegahan stunting dari hulu dengan cara tidak menikah di usia dini.
"Kalau remaja kita libatkan dalam upaya pencegahan stunting, Insyaallah stunting bisa kita tuntaskan dan cita-cita untuk mewujudkan generasi Indonesia yang berkualitas yaitu generasi emas 2045 dapat kita wujudkan" sebut Hasnah Syam.
Penata Kependudukan dan KB, dr. Indah Nurwulan Ayu Sumantry, mewakili BKKBN Pusat dalam kesempatan ini mengatakan, Indonesia setiap tahunnya melahirkan 4,4 juta bayi, dengan angka stunting 21,6 persen menggambarkan bahwa 1 dari 5 anak indonesia tersebut adalah stunting.
"Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita akibat kurangnya asupan gizi dalam lama, infeksi penyakit berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama di 1000 hari pertama kehidupan. Namun perlu ditekankan bahwa stunting bukan sebuah penyakit tetapi sebuah kondisi anak," ujar dr. Indah.
(GUS)
Berita Terkait
Sulsel
Dinas Perikanan Palopo Beri Makan Tambahan untuk Ibu Hamil dan Atasi Stunting
Dinas Perikanan Kota Palopo menggelar kegiatan pemberian makanan tambahan berupa produk olahan hasil perikanan bagi anak stunting dan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).
Kamis, 04 Jul 2024 09:00
Sulsel
Turunkan Stunting, Kabupaten Gowa Raih Tiga Penghargaan dari BKKBN
Kabupaten Gowa meraih tiga penghargaan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat. Masing-masing diraih oleh Abd Rauf Malaganni
Minggu, 30 Jun 2024 09:36
Sulsel
Mampu Turunkan Stunting, Wabup Gowa Akan Terima Penghargaan BKKBN
Wakil Bupati Gowa, Abdul Rauf Malaganni selaku Ketua TPPS Gowa akan menerima penghargaan Dharma Karya Kencana dari Badan Kependudukan dan BKKBN Pusat.
Selasa, 25 Jun 2024 16:01
Sulsel
DWP Sekretariat DPRD Sulsel Lakukan Pendampingan Posyandu di Makassar
Kegiatan ini dilaksanakan atas petunjuk dan arahan Ketua DWP Sulsel, Andi Hanna Arsjad sebagai bentuk partisipasi dalam mendukung program pemerintah.
Jum'at, 14 Jun 2024 18:19
Sulsel
Jurus PT Vale Bantu Pemerintah Turunkan Angka Stunting di Lutim
PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) membentuk Gerakan Pencegahan Stunting dan Pemenuhan Gizi (Genzi) di Gedung Ontaeluwu, Luwu Timur, Sorowako, Rabu (12/6/2024) lalu.
Jum'at, 14 Jun 2024 14:11
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Temui Pj Bupati Bone, Pertamina Pastikan Tambah Distribusi BBM
2
Bawaslu Sulsel Lakukan Monitoring Coklit di Jeneponto, Ini Daftar Temuannya
3
Ramaikan Pilwalkot Makassar, 5 Partai Non Parlemen Bangun Koalisi Kerakyatan
4
Natsir Ali Makin Dekat dengan KIM di Pilkada Selayar 2024
5
Rudal dan Irwan Bertemu di Jalan Sehat, Warga Sebut Cocok Berpasangan di Pilwalkot
6
4 Kasus Pidana Pemilu di Luwu Timur Telah Inkracht
7
Darmawangsyah Muin Dukung Konsep Keberlanjutan Pembangunan