Rektor UIN Alauddin Makassar Kukuhkan 3 Guru Besar
Luqman Zainuddin
Rabu, 24 Apr 2024 17:01
Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Hamdan Juhannis mengukuhkan tiga guru besar. Foto: Istimewa
GOWA - UIN Alauddin Makassar mengukuhkan tiga guru besar, Rabu (24/4/2024) pagi. Mereka yakni Prof Firdaus Muhammad, Prof Mohammad Sabri, dan Prof Sohrah.
Pengukuhan dilaksanakan dalam Sidang Senat Terbuka Luar Biasa di Gedung Auditorium Kampus II UIN Alauddin Makassar, Kabupaten Gowa. Sidang dipimpin Rektor Prof Hamdan Juhannis.
Prof Firdaus Muhammad dikukuhkan dalam bidang Ilmu Komunikasi Politik Islam, Prof Muhammad Sabri dalam bidang Ilmu Filsafat Islam, serta Prof Sohrah dalam bidang Ilmu Tafsir.
Prof Hamdan menyampaikan, saat ini UIN Alauddin Makassar merupakan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dengan jumlah guru besar terbanyak kedua. Yakni 78 guru besar.
"Jumlah guru besar di UIN Alauddin, kedua (terbanyak) dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta," Prof Hamdan membuka sambutannya.
Kepada tiga guru besar, Prof Hamdan berpesan agar mereka memiliki keunggulan empathetic. Ada lima tahap atau anak tangga yang diperlukan untuk mencapai keunggulan ini.
Pertama, seseorang harus bisa membedakan antara ketercerahan dan kebijaksanaan.
"Ketercerahan adalah ketika kita memahami diri kita. Kebijaksanaan ketika kita memahami orang lain. Kebijaksanaan adalah ketercerahan itu sendiri," sebut Prof Hamdan.
Anak tangga kedua, Prof Hamdan mengambil pemikiran Epictetus, seorang filsuf Yunani kuno. Keunggulan empathetic mensyaratkan seseorang memiliki pemahaman terhadap kontrol diri sendiri dan wilayah kontrol orang lain.
"Yang mana wilayah kontrol hidup saya, yang mana punya orang lain. Itu adalah tangga kedua untuk sampai ke pribadi empatik," sambung penulis buku Melawan Takdir ini.
Tahap ketiga, tidak terjebak pada apa yang dikatakan orang lain. Sebaliknya, perhatikan apa yang mereka lakukan.
Langkah keempat menuju keunggulan empatethic, kepemilikan terhadap sikap pada diri sendiri. Dalam hal ini, jika seseorang serius mengubah hidupnya sendiri, maka ia akan menemukan jalannya sendiri.
"Kalau anda serius mengubah hidup pasti anda memiliki cara. Namun kalau tidak serius anda pasti memiliki alasan. Dari ragam kehidupan yang kita lihat dari tiga profesor, apakah itu urusan akademik, intelektual, pangkat, dari perspektif ini kita bisa tahu siapa yang serius, dari caranya dan dari alasannya," sambung lelaki kelahiran Bone itu.
Sementara anak tangga terakhir berkaitan dengan cara pandang. Jika cara pandang terhadap sesuatu diubah, maka hal yang dilihat pun akan ikut berubah.
"Jadi sesungguhnya, yang nyata itu bukan yang kita lihat, tapi yang nyata itu adalah penalaran kita atau pemikiran kita tentang apa yang kita lihat," beber Prof Hamdan.
Pada pengukuhan ini hadir sejumlah undangan, baik akademisi hingga tokoh polik. Mulai dari Kepala Badan Pembinaan Pancasila RI Prof Yudian Wahyudi, anggota DPR RI Muhammad Aras, Kepala Kemenag Sulsel Muhammad Tonang, sampai Siti Nurlaila mantan Ketua Komnas HAM.
Prof Yudian Wahyudi dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa pengukuhan guru besar merupakan tradisi akademik semata. Namun juga sebagai penguatan iklim intelektual dan pembangunan pradaban.
"Kampus sebagai wadah candradimuka penggodokan calon ilmuan dan cendekiawan di masa depan, makanya sangat strategis merawat dan menteladankan literasi keilmuan yang sistematis, konkret, dan konsisten, terutama dalam memberi respons terhadap dinamika strata sosial yang demikian berkembang," beber dia.
Pengukuhan dilaksanakan dalam Sidang Senat Terbuka Luar Biasa di Gedung Auditorium Kampus II UIN Alauddin Makassar, Kabupaten Gowa. Sidang dipimpin Rektor Prof Hamdan Juhannis.
Prof Firdaus Muhammad dikukuhkan dalam bidang Ilmu Komunikasi Politik Islam, Prof Muhammad Sabri dalam bidang Ilmu Filsafat Islam, serta Prof Sohrah dalam bidang Ilmu Tafsir.
Prof Hamdan menyampaikan, saat ini UIN Alauddin Makassar merupakan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dengan jumlah guru besar terbanyak kedua. Yakni 78 guru besar.
"Jumlah guru besar di UIN Alauddin, kedua (terbanyak) dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta," Prof Hamdan membuka sambutannya.
Kepada tiga guru besar, Prof Hamdan berpesan agar mereka memiliki keunggulan empathetic. Ada lima tahap atau anak tangga yang diperlukan untuk mencapai keunggulan ini.
Pertama, seseorang harus bisa membedakan antara ketercerahan dan kebijaksanaan.
"Ketercerahan adalah ketika kita memahami diri kita. Kebijaksanaan ketika kita memahami orang lain. Kebijaksanaan adalah ketercerahan itu sendiri," sebut Prof Hamdan.
Anak tangga kedua, Prof Hamdan mengambil pemikiran Epictetus, seorang filsuf Yunani kuno. Keunggulan empathetic mensyaratkan seseorang memiliki pemahaman terhadap kontrol diri sendiri dan wilayah kontrol orang lain.
"Yang mana wilayah kontrol hidup saya, yang mana punya orang lain. Itu adalah tangga kedua untuk sampai ke pribadi empatik," sambung penulis buku Melawan Takdir ini.
Tahap ketiga, tidak terjebak pada apa yang dikatakan orang lain. Sebaliknya, perhatikan apa yang mereka lakukan.
Langkah keempat menuju keunggulan empatethic, kepemilikan terhadap sikap pada diri sendiri. Dalam hal ini, jika seseorang serius mengubah hidupnya sendiri, maka ia akan menemukan jalannya sendiri.
"Kalau anda serius mengubah hidup pasti anda memiliki cara. Namun kalau tidak serius anda pasti memiliki alasan. Dari ragam kehidupan yang kita lihat dari tiga profesor, apakah itu urusan akademik, intelektual, pangkat, dari perspektif ini kita bisa tahu siapa yang serius, dari caranya dan dari alasannya," sambung lelaki kelahiran Bone itu.
Baca Juga: UIN Alauddin Makassar Raih Akreditasi Unggul
Sementara anak tangga terakhir berkaitan dengan cara pandang. Jika cara pandang terhadap sesuatu diubah, maka hal yang dilihat pun akan ikut berubah.
"Jadi sesungguhnya, yang nyata itu bukan yang kita lihat, tapi yang nyata itu adalah penalaran kita atau pemikiran kita tentang apa yang kita lihat," beber Prof Hamdan.
Pada pengukuhan ini hadir sejumlah undangan, baik akademisi hingga tokoh polik. Mulai dari Kepala Badan Pembinaan Pancasila RI Prof Yudian Wahyudi, anggota DPR RI Muhammad Aras, Kepala Kemenag Sulsel Muhammad Tonang, sampai Siti Nurlaila mantan Ketua Komnas HAM.
Prof Yudian Wahyudi dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa pengukuhan guru besar merupakan tradisi akademik semata. Namun juga sebagai penguatan iklim intelektual dan pembangunan pradaban.
"Kampus sebagai wadah candradimuka penggodokan calon ilmuan dan cendekiawan di masa depan, makanya sangat strategis merawat dan menteladankan literasi keilmuan yang sistematis, konkret, dan konsisten, terutama dalam memberi respons terhadap dinamika strata sosial yang demikian berkembang," beber dia.
(MAN)
Berita Terkait
Sulsel
UIN Alauddin Makassar Target Masuk 100 Universitas Terbaik di ASEAN
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan (AUPK) UIN Alauddin Makassar, Dr. Andi Aderus menegaskan visi besar universitas untuk masuk dalam jajaran 100 universitas terbaik di ASEAN pada 2029.
Kamis, 21 Nov 2024 14:39
Sulsel
Buka ICOCIL 2024, Rektor UIN Alauddin Harap Diskusi Ilmiah Terus Digaungkan
Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Hamdan Juhannis membuka secara resmi kegiatan The Conference International of Law and Contemporary Islamic Law (ICOCIL) 2024 di Hotel Claro Makassar, Kamis 14 November 2024.
Senin, 18 Nov 2024 11:19
Makassar City
UIN Alauddin Mudahkan UMKM di Lingkungan Kampus Punya Sertifikat Halal
Wakil Rektor II Bidang AUPK UIN Alauddin Makassar Dr. Andi Aderus, Lc., M.A., membuka acara Sosialisasi Edaran Rektor tentang Kewajiban Sertifikasi Halal.
Kamis, 14 Nov 2024 18:44
Sulsel
Menag RI Dorong UIN Alauddin Jadi Kiblat Intelektual Keagamaan
Menteri Agama RI, Prof Nasaruddin Umar mendorong UIN Alauddin Makassar menjadi pusat intelektual di Indonesia Timur. Hal tersebut ia sampaikan dalam perayaan Dies Natalis ke-59
Kamis, 14 Nov 2024 16:54
Sulsel
Menteri Agama RI Ajak Dosen UIN Alauddin Terus Belajar, Tidak Sekadar Mengajar
Menteri Agama RI, A G Prof KH Nasaruddin Umar berharap agar para dosen tidak hanya fokus mengajar, tetapi juga terus belajar dan meningkatkan kompetensi.
Kamis, 14 Nov 2024 14:02
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Survei Pamungkas Pilwalkot Makassar Jelang Pencoblosan: MULIA 41,9%, INIMI 25,1%, SEHATI 21,1%
2
Tanggapi Hasil Survei LSI, Pegiat Data Ragukan Sehati Bisa Salip Mulia Jelang Pencoblosan
3
Sarif-Qalby Gelar Kampanye Akbar, 93 Ribu Massa Tumpah Ruah di Lapangan Pastur
4
Bawaslu Soppeng Ingatkan KPU dan Paslon untuk Patuhi Aturan Masa Tenang Pilkada
5
Merajai 4 Survei Terpercaya, Aurama' Diprediksi Keluar Sebagai Pemenang Pilkada Gowa 2024
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Survei Pamungkas Pilwalkot Makassar Jelang Pencoblosan: MULIA 41,9%, INIMI 25,1%, SEHATI 21,1%
2
Tanggapi Hasil Survei LSI, Pegiat Data Ragukan Sehati Bisa Salip Mulia Jelang Pencoblosan
3
Sarif-Qalby Gelar Kampanye Akbar, 93 Ribu Massa Tumpah Ruah di Lapangan Pastur
4
Bawaslu Soppeng Ingatkan KPU dan Paslon untuk Patuhi Aturan Masa Tenang Pilkada
5
Merajai 4 Survei Terpercaya, Aurama' Diprediksi Keluar Sebagai Pemenang Pilkada Gowa 2024