UIN Alauddin Kukuhkan 3 Guru Besar, Rektor: Ini yang Terdahsyat!

Luqman Zainuddin
Selasa, 28 Mei 2024 14:55
UIN Alauddin Kukuhkan 3 Guru Besar, Rektor: Ini yang Terdahsyat!
Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Hamdan Juhannis mengukuhkan tiga guru besar, Selasa (28/5/2024). Foto: Humas UIN Alauddin Makassar
Comment
Share
GOWA - UIN Alauddin Makassar menggelar Sidang Senat Terbuka Luar Biasa Pengukuhan Guru Besar, Selasa (28/5/2024) pagi. Pengukuhan dipimpin Rektor Prof Hamdan Juhannis MA.

Ada tiga guru besar yang dikukuhkan. Mereka yakni Prof Dr Hafsan dalam bidang Ilmu Biologi, Prof Dr Muhammad Shuhufi dalam bidang Ilmu Perbandingan Mazhab dan Prof Dr Barsihannor dalam bidang Ilmu Filsafat Islam.

Pengukuhan dihadiri beberapa tokoh dan pejabat. Mulai dari Pj Gubernur Sulsel Prof Zudan Arif Fakrulloh, Asisten Pidana Militer Kejati Sulsel Asri Arief, juga Ketua MUI Kota Makassar AGH Baharuddin HS.

Hadir pula Ketua MUI Bali KH Masrur Makmur Latanro, Prof Abd Gani mantan wakil Rektor UMI pada masanya, pengusaha Gowa Andi Kasmat Karaeng Selle, hingga mantan Ketua KPU Sulsel Mappinawang.

Prof Hamdan dalam sambutannya menilai bahwa pengukuhan guru besar ini adalah yang terdahsyat. Selain karena dihadiri Pj Gubernur, juga dari pidato pengukuhan para guru besar. Ia menyebutnya kombinasi pidato yang paripurna.



"Saya merasa ini pengukuhan yang terdahsyat. Kalau di bangsa ini kita mengenal secara umum istilah akulturasi budaya, di UIN Alauddin ini, dengan pidato tiga guru besar tadi, lahirlah istilah akulturasi keilmuan. Ada guru besar biologi, filsafat, dan perbandingan mazhab," ucap Prof Hamdan.

Prof Hamdan juga memuji pemikiran-pemikiran para guru besar yang dikukuhkan. Secara khusus pada orasi-orasi yang mereka sampaikan.

Prof Dr Hafsan contohnya. Rektor bilang, ia mampu mentransformasi pelajaran Biologi menjadi narasi yang sedap untuk dibaca. Diksi yang dipilih ia susun membentuk kalimat yang puitis.

Sementara Prof Shuhufi menurut Rektor adalah sosok yang sangat profesional. Secara khusus Rektor menyoroti pandangan Prof Shuhufi tentang post-truth-nya.

"Kondisi pembentukan kebenaran yang tidak memiliki keilmuan yang disebut post-truth. Post-truth adalah kebenaran yang hanya mendasarkan pada viralisasi. Apa yang viral, itulah yang benar, tapi tidak ada metodologi keilmuan yang sampai pada judgement kebenaran," kata Rektor.

Baca juga: Perindo Usung Darmawangsyah Muin di Pilkada Gowa 2024

"Fikhi yang berkaitan dengan praktik ibadah keseharian yang sering didominasi emosi keyakinan, sangat gampang dirasuki dengan kebenaran post-truth," sambung Rektor.

Kepada ketiga guru besar, Rektor berpesan tentang efisiensi waktu. Ia meminta ketiganya agar tidak membuang waktu pada hal-hal seperti membuktikan diri jika benar atau berpura-pura benar jika salah.

"Para guru besar, jika Anda bersedih, jangan membuang waktu untuk meratapinya, meratapi kegelapan. Camkan, gemerlap bintang di langit justru bisa terlihat. Kita sewaktu-waktu membutuhkan kegelapan," pesan Rektor.

Menurut Rektor, hidup juga terlalu singkat untuk memelihara negetivisme. Ia mengajak para guru besar dan hadirin agar membudayakan positivisme dalam menyikapi kehidupan.

"Contoh positivitas, jika Anda sudah loyo dan menurunnya tingkat vitalitas diri, camkan, air dingin yang ada di panci juga sudah pernah mendidih. Itu positivitas," pungkas Rektor.
(MAN)
Berita Terkait
Berita Terbaru